Saturday, December 24, 2011

Peran Agribisnis Dalam Bidang Pertanian


Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi  faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan (baca : kota). Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan
Berangkat dari kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang kokoh dan tangguh, artinya pembangunan  yang dilakukan harus didukung oleh segenap komponen secara dinamis, ulet, dan mampu mengoptimalkan sumberdaya, modal, tenaga, serta teknologi sekaligus mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus berdasarkan asas ‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi (Wibowo, 2004).
Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu. Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan efesien.
Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.
Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi nasional melalui pengembangan sektor agribisnis, kita perlu menemu-kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor agribisnis nasional. Dengan menmu-kenali hal-hal tersebut, kita dapat merumuskan strategi untuk menghadapinya dan mempercepat pembangunan sektor agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor agribisnis yang diharapkan.
Pengembangan sektor agribisnis di masa depan, khususnya menghadapi era globalisasi, akan menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik, perubahan lingkungan ekonomi Interansional, baik karena pengaruh lieberalisasi ekonomi maupun karena perubahan-perubahan fundamental dalam pasar produk agribisnis internasional.
Struktur agribisnis, untuk hampir semua komoditi, dewasa ini masih tersekat-sekat. Struktur agribisnis yang tersekat-sekat ini dicirkan oleh beberapa hal yaitu : Pertama, agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dan terdiri atas beberapa subsistem, yaitu (a) subsistem pertanian hulu, (b) subsistem budidaya pertanian, (c) subsistem pengolahan hasil pertanian, (d) subsistem pemasaran hasil pertanian, dan (e) subsistem jasa penunjang pertanian. Subsistem kedua, sebagian dari subsistem pertama, dan subsistem ketiga merupakan on-farm agribisnis, sedangkan subsistem lainnya merupakan off-farm agribisnis. Kedua, agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan utuh yang komprehensif, sekaligus sebagai suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai permasalahan, tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian. Agribisnis juga dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.
Dari berbagai definisi dan batasan konsep agribisnis di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting dan harus ada dalam proses pembangunan agribisnis adalah sebagai barikut : (a) agribisnis merupakan suatu sistem, sehingga semua kegiatan yang terdapat dalam sistem tersebut harus saling terkait dan tidak berdiri sendiri, (b) agribisnis merupakan alternatif bagi pengembangan strategi pembangunan ekonomi, dan (c) agribisnis berorientasi pasar dan perolehan nilai tambah dari suatu komoditas.

Setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian atau agribisnis menjadi strategis. Pertama, pertanian merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan pangan masyarakat. Kedua, merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui komoditas yang diekspor. Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Dan kelima, perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan).
Ironisnya, meski pertanian dianggap strategis, tapi kondisi petaninya kian termarginalkan. Menurut Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga petani gurem (penggarap kurang dari 0,5 ha) adalah 13,7 juta rumah tangga, meningkat 26,85 persen dibanding tahun 1993 yang jumlahnya 10,8 juta rumah tangga. Persentase rumah tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga meningkat, dari 52,7 persen (1993) menjadi 56,5 persen (2003).
Petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6persen rakyat Indonesia yang termasuk kelompok miskin, 60persen-nya adalah kalangan petani gurem. Timbul pertanyaan, jika sektor pertanian sangat penting, mengapa petaninya “dibiarkan” tidak berdaya? Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor pertanian (politik pertanian).
Selama ini, logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi utama. Konsekuensinya, variabel kelembagaan masyarakat yang bersifat struktural di pedesaan kurang diperhatikan dalam menentukan kebijakan ekonomi pertanian.
Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.
Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.
Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.
Dalam jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian difokuskan pada produk-produk olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, seperti pengembangan agroindustri. Salah satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi ekspor dan mampu memberikan nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun  ke tahun. Jika diperhatikan dengan baik, peranan sektor pertanian masih dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tani di Indonesia.Secara empirik, keunggulan dan peranan pertanian/agribisnis tersebut cukup jelas, yang pertama dilihat hádala peranan penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif terhadap nilai tambah industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi. Penting pula diperhatikan bahwa pangsa impor agribisnis relatif rendah, yang mana ini berarti bahwa agribisnis dari sisi ekonomi dan neraca ekonomi kurang membebani neraca perdagangan dan pembayaran luar negeri. Sehingga dengan demikian sektor agribisnis merupakan sumber cadangan devisa bagi negara. Diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sumber pertumbuhan perekonomian status bangsa, terutama negara-negara berkembang yang perekonomiannya masih 60persen bertumpu pada sektor pertanian.
Disisi lain, dilihat ternyata pembangunan agribisnis mampu menunjukkan peningkatan produktivitas di sektor pertanian, hal ini menunjukkan dua hal yakni, bahwa terjadi peningkatan productivitas pada hasil produk pertanian yang diikuti oleh perbaikan koalitas, perbaikan teknologi yang mengikutinya dan peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, seperti yang ditunjukkan pada awal-awal bab ini.
Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan lepada sektor pertanian (agribisnis), karena telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.
Pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sebagai agregasi dari ekonomi daerah, perekonomian nasional yang tangguh hanya mungkin diwujudkan melalui perekonomian yang kokoh. Rapuhnya perekonomian nasional selama ini disatu sisi dan tingginya disparitas ekonomi antar daerah  dan golongan disisi lain mencerminkan bahwa perekonomian nasional Indonesia dimasa lalu tidak berakar kuat pada ekonomi daerah.
 ekonomi lokal yang berbasis pada pertanian merupakan sebuah proses orientasi, yang meletakkan formasi institusi baru, pengembangan industri alternatif, peningkatan kapasitas pelaku untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru, transfer ilmu pengetahuan, dan menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta semangat kewirausahaan.
Diharapkan dalam pembangunan ekonomi lokal, kegiatan pertanian dalam perkembangannya akan berorientasi  pada pasar (konsumen) apabila terjadi penyebaran sumberdaya dan faktor produksi yang merata serta adanya biaya transportasi yang relatif murah. Orientasi pasar ini akan menunjukkan bahwa setiap lokasi dapat menghasilkan komoditi pertanian tertentu. Suatu kegiatan pertanian akan lebih dapat berkembang pada lokasi tertentu yang disebabkan oleh adanya kemudahaan bagi konsumen yang berasal dari dalam atau dari luar lokasi untuk datang ke lokasi pemasaran komoditi pertanian tersebut.
Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian yang steril dari pengaruh-pengaruh factor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i) kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis.
Dimasa lalu, ketika orientasi pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatni. Artinya komoditi yang dihasilkan usahatanilah yang menentukan perkembangan agribisnis hulu dan hilir. Hal ini sesuai pada masa lalu, karena target kita masih bertujuan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Selain itu, konsumen juga belum menuntut  pada atribut-atribut produk yang lebih rinci dan lengkap.
Dewasa ini dan dimasa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah kepada orientasi pasar. Dengan berangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usaha tani kepada industri pengolahan (agroindustri). Artinya, untuk mengembangkan sektor agribisnis yang mogern dan berdaya saing, agroindustri menjadi penentu kegiatan pada subsistem usahatani dan selanjutnya akan menetukan subsistem agribisnis hulu.
Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting bahkan pemasaran ini semakin penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta, untuk memampukan sektor agribisnis menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta pembangunan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) agribisnis sebagai aktor pengembangan sektor pertanian.
Disamping konsep pembangunan pertanian diatas, khususnya dinegara-negara berkembang, masih banyak permasalahan yang dihadapi terutama sektor pertanian, terutama masalah kemiskinan, rendahnya produktivitas, rendahnya SDM, masih lemahya posisi tawar petani, ketidakadaannya kelembagaan yang mendukung usaha tani pelaku pertanian, dan masih kurangnya atau lemahnya sistem pasar komoditi produk pertanian, dan kurang diserapnya hasil komodit dengan baik akibat infrastruktur yang masih kurang memadai.
Permasalahan ini tentunya, menjadi kendala sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh pengambil kebijakan. Sehingga dengan demikian diharapkan nantinya sektor pertanian mampu menjadi penggerak perekonomian di pedesaan dan negara.
Pertanian/Agribisnis di Negara Maju
Fenomena mengapa suatu negara dapat memenangkan persaingan sedangkan negara lain tidak, merupakan pertanyaan terus yang mengemuka sepanjang sejarah pembangunan dan perdagangan internasional. Banyak pendapat yang diajukan oleh pakar terutama dalam bidang ekonomi dan bisnis internasional, tetapi tidak satupun yang mampu menjelaskan kemampuan daya saing suatu negara secara komprehensif,
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, bahkan Malaysia dan Thailand yang secara tradisional menguasai agribisnis internasional, dimasa yang akan datang akan menguasai sektor agroindustri, walaupun disatu sisi akan menghadapi permasalahan yakni kesulitan untuk mengembangkan agribisnis, karena kesulitan dalam hal lahan pertanian. Berbeda dengan masa sebelumnya, dewasa ini dan masa yang akan datang, preferensi konsumen produk agribisnis yang kita hadapi sangat berbeda dan sedang mengalami perubahaan secara fundamental.
Negara-negara maju, dari masa yang lalu sudah melihat bagaimana potensi pertanian dalam perekonomian mereka. Keunggulan daya saing ditentukan oleh kemampuan mendayagunakan keunggulan komparatif yang dimiliki mulai dari hulu sampai hilir, dalam menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan preferensi konsumen. Artinya, pendayagunaan keunggulan sisi penawaran ditujukan untuk memenuhi keinginan konsumen. Kemampuan untuk menyediakan produk yang berkembang, sangat menentukan keunggulan bersaing di pasar internasional. Negara-negara agribisnis, seperti Australia dan selandia Baru, mampu bersaing di pasar interansional disebabkan kemampuan negara tersebut dalam menjual apa yang diinginkan konsumen bukan menjual apa yang dihasilkan.
Sejarah perekonomian dunia sebenarnya telah memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa tidak ada negara besar di dunia ini yang kuat tanpa di dukung oleh pertanian yang tangguh. Kenyataaan menunjukkan bahwasanya negara-negara di Eropa Timur dan Uni Soviet pada akhirya harus menerima terjadinya disintegrasi karena lemahnya daya dukung sektor pertanian, negara-negara di kawasan afrika juga mengalami kesulitan dalam membangun bangsanya, hanya karena sektor pertanian tidak dapat mendukung ketahanan pangan sebagai landasan pembangunan.
Bagi Indonesia, dimana sumberdaya alam merupakan keunggulan komparatifnya, maka sudah sepantasnya jika pembangunan nasional didasarkan pada pengelolaan sumberdaya alam tersebut. Pertanian merupakan salah satu sumberdaya alam dimana Indonesia mempunyai keunggulan komparatif, disamping itu bagian terbesar penduduk Indonesia juga hidup dan bermata pencaharian di sektor tersebut, fenomena kemiskinan juga banyak terjadi di sektor pertanian. Dengan demikian apabila sektor pertanian dijadikan landasan bagi pembangunan nasional dimana sektor-sektor lain menunjang sepenuhnya, sebagian besar masalah yang dihadapi oleh masyarakat akan dapat terpecahkan.
Disamping itu orientasi pembangunan pertanian juga perlu disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, apabila pada waktu yang lalu lebih banyak berorientsai pada pengembangan komoditas, maka kini harus lebih berorientasi pada petani. Namun demikian harus sepenuhnyadi sadari bahwa dalam menyusun kebijaksanaan pembangunan pertanian hanya memperhatikan potensi sumberdaya alam dan kepentingan produsen semata-mata, melainkan juga pengaruh dari perdagangan dunia dan kebijaksanaan pembangunan pertanian di negara mitra dagang.


Pandangan dari Partai Politik juga tidak jauh berbeda dengan pandangan dari pemerintah maupun para pengamat ekonomi, Imam Churmen (1999) dari PKB menyatakan bahwa diperlukan komitmen dari semua pihak untuk menempatkan sektor pertanian sebagai sektor prioritas pembangunan yang dicerminkan dalam anggaran pemerintah.
Sebagai contoh kasus bagaimana pembangunan pertanian dan kebijakannya di Negara Maju, dapat kita perhatikan dalam negara Amerika serikat berikut.  Sejak tahun 2002, pemerintah AS memberikan subsidi sebesar US $ 19 milliar per tahun kepada petaninya, atau sekitar dua kali dari dana yang dicadangkan untuk bantuan interansionalnya. Dalam hal beras, misalnya AS telah mencadangkan sekitar US$ 100 ribu subsidi per petani yang diberikan kepada siapapun yang mau mengganti tanamannya dengan padi. Negara bagian di pantai  barat seperti California dan Washington, dan negara bagian di tenggara seperti Lousiana, South dan North Carolina memang sedang antusias mengembangkan agribisnis padi sawah. Target besar untuk menjadi produsen nomor dua beras dunia, dapat menjadi kenyataan, terutama ketika perundingan dan persaingan tingkat dunia dengan negara-negara Eropa Barat  dalam hal gandum sering mengalami kendala besar. Wallahu’alam!.
alidoank64@gmail.com

Monday, December 12, 2011

Makalah Budidaya Rumput Laut


BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian nasional, terutama sumbangannya tehadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan devisa negara, tetapi belum mengangkat pendapatan petani.
Budidaya rumput laut yang dikembangkan dimasyarakat tani tambak, keberadaannya cukup memberikan andil dalam menciptakan lapangan kerja dan dapat mengatasi tingkat pengangguran dengan memanfaatkan angkatan kerja terutama proses pasca panen.
Di Sulawesi Selatan khususnya Kota Palopo, pengembangan rumput laut jenis (Gracillaria) sangat diminati oleh petani tambak, karena tidak membutuhkan biaya besar, pasar terbuka luas dengan harga yang layak.
1.2     Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi yaitu :
1.      Berapakah pendapatan yang diperoleh petani dalam satu siklus produksi budidaya rumput laut
2.      Bagaimana efisiensi penggunaan biaya produksi dalam budidaya rumput laut yang dikelolah petani
1.3     Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani dari budidaya rumput laut
2.      Untuk mengetahui efisiensi penggunaan biaya produksi dalam budidaya rumput laut yang dikelolah petani


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika
Divisio   :Rhodophyta
Kelas      :Florideophyceae
Ordo      :Gracilariales
Famili     :Gracillariaceae
Genus    : gracillaria
Spesies   :Eucheumaspinosum
2.2 Klasifikasi rumput laut Eucheuma spinosum menurut Atmaja et al., (1996) adalah sebagai berikut :
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma spinosum
Morfologi rumput laut jenis gracillaria sp tidak memiliki perbedaan antara akar, batang,dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan talus dengan berbagai bentuk percabangannya, secara alami gracillaria hidup dengan melekatkan tallusnya pada subtrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang mati, batu.
2.3 Syarat Tumbuh
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan  budidaya gracilaria dalam tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya.
a.     Keadaan Tambak
#  Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat dilihat pada lampiran.
# Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,5 sampai 8,5. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu "penebaran kapur".
# Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar.
# Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air.
# Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat tertentu. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.
# Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.
b.      Kualitas Air
1. Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2. Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C sampai 250 C.
3. pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar 6,5 sampai 8,5.
4. Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi     tanaman untuk menerima sinar matahari.






BAB III
TEKNIK BUDIDAYA
3.1Pemilihan Lokasi
Sebagaimana di laut, rumput laut di tambak juga membutuhkan beberapa persyaratan tertentu yaitu :
a.       Berada disepanjang pantai dengan perairan langsung dari laut atau saluran air
b.      Kedalaman rata-rata 70cm
c.       Airnya jernih sehingga matahari dapat tembus kedasar tambak untuk proses fotosintesa
d.      Pemasukan dan pengeluaran air mudah dilaksanakan setiap saat dibutuhkan
e.       Bebas dari pengaruh air tawar yang berlebihan
f.       Dasar tambak rata dan bersih.
3.2 Kontruksi Tambak
a.       Pematang wiling harus kuat dan bebas dari bocoran
b.      Tinggi rata-rata 1m
c.       Pintu air 2 buah untuk pemasukkan dan pengeluaran
3.3 Pengapuran
          Sebelum penebaran bibit dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan pengapuran yang bertujuan untuk menjernihkan air dan menstabilkan pH dan O2,
3.4Penyediaan Bibit
Berdasarkan pengalaman para petani rumput laut, bibit yang paling cocok untuk dibudidayakan adalah bibit lokal, karena disamping mudah dalam hal pengadaannya juga bibit tersebut telah cocok dengan persyaratan untuk pertumbuhannya secara alami.
Akan tetapi bila ternyata pada lokasi yang telah ditentukan tidak terdapat bibit lokal yang dikehendaki, maka dapat pula dilakukan dengan cara mendatangkan bibit yang sesuai dengan yang dikehendakidari lokasi lain. Bila terjadi hal yang demikian, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara membawa bibit tersebut dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kerusakan selama dalam perjalanan.
3.5Penanaman
1.      Terlebih dahulu tambak dialiri air sedalam 50-70cm
2.      Bibit yang telah disediakan ditebar secara merata di tambak
3.      Air dipertahankan selama 3-5 hari setelah penebaran, agar rumput laut tumbuh secara merata tanpa terganggu oleh arus air
3.6pemeliharaan dan pemupukan
Dalam pemeliharaan rumput laut, perawatan kualitas air dan kejernihan air sangat penting agar rumput laut tumbuh secara optimal. Pada saat air tambak tenang, rumput laut digoyang agar bersih dan tidak mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan cepat.
Pemberian pupuk pada rumput laut tidak sama dengan pemberian pupuk pada tanaman lain. Pupuk yang diberikan adalah urea sebanyak 50kg/ha dan NPK Ponska sebanyak 35kg/ha, dengan dosis pemupukan adalah :
-        25kg urea di campur dengan 20kg NPK Ponska pada saat umur tanaman 15 hari setelah tabur
-        25kg urea dan 15kg NPK Ponska 10 hari sebelum panen.
3.7Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman rumput laut termasuk tahan hama kecuali ikan baronang dan lumut, cara pengendalian adalah dengan cara diversifikasi bandeng untuk membasmi lumut sedangkan untuk pengendalian hama ikan lainnya (baronang) digunakan pestisida,seperti drosban.
3.8Panen
Tanaman rumput laut dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 25 – 30 hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan antara lain :
a.       Panen dilakukan saat air disurutkan
b.      Panen dilakukan saat umur tanaman 35-40 hari, selanjutnya setelah 26-30 hari
c.       Panen dilakukan dengan cara memetik tanaman secara merata dengan meninggalkan sebagian sebagai bibit
d.      Setelah panen selesai segera dimasukkan air baru kemudian dilakukan pemupukan ulangan

3.9    Pascapanen
a.       Rumput laut di cuci dan dibersihkan
b.      Penjemuran dilakukan diatas pematang dengan yang dialasi rang atau faring
c.       Lama penjemuran 1-2 hari, atau tergantung terik matahari
d.      Rumput laut yang kering apabila digenggam dan kemudian dilepaskan akan mengembangkembali dan warnanya coklat kehijauan dan kehitam-hitaman
e.       Rumput laut yang sudah kering disimpan pada tempat yang kering dan terlindungi.


3.10                   
BAB IV
ANALISA USAHA TANI
4.1 Data Responden
Nama                                               : Marjun S.pd
TTL                                                 : Rante damai
Agama                                             : Islam
Alamat                                            : Kel. Songka kota palopo
Tanggungan                                   : 6 org
Luas Tambak                                 : 1 Ha

















4.2 Analisa Usaha
Analisa usaha tani tanaman rumput laut pada tambak seluas 1Ha sebagai berikut :
1.      Biaya produksi
-     PBB                                                                                = Rp       40.000,00
-     Bibit 1.000kg @ Rp 1.500                                             = Rp  1.500.000,00
-     Bibit ikan bandeng 600 ekor @ Rp. 150                       = Rp       90.000,00
                                               Total fixed cost              = Rp 1.630.000,00 
-     Pupuk :
·      Pupuk urea 1 sak @ Rp. 120.000                              = Rp       95.000,00
·      Pupuk NPK 1 sak @ Rp 150.000,00                        = Rp     150.000,00
·      Kapur 30 sak @ Rp 4.500,00                                    = Rp     135.000,00
-     Pestisida :
·      Drosban 1Ltr @ Rp 75.000,00                                  = Rp       75.000,00
-     Biaya tenaga kerja
·      Panen 1.500kg @ Rp 600,00                                    = Rp     900.000,00
·      Penanaman 5org @ Rp. 35.000                                 = Rp     175.000,00      
-     Penyusutan alat 1 kali proses produksi
·      Perahu dari drum plastik Rp 350.000                        = Rp       29.500,00      
·      Parang @ Rp 60.000                                                 = Rp         5.000,00
·      Petibak @ Rp 65.000                                                = Rp         5.500,00      
                                               Total variabel cost         = Rp 1.395.000,00
           = Rp 1.630.000 + Rp 1.395.000
           = Rp 3.025.000
3.      Produksi 1,5 ton = 1.500 kg
4.      Harga Rp 4.500,00/kg
5.      Total revenju = 1.500 x 4.500 = Rp 6.750.000
6.      Profit = Rp 6.750.000 – Rp 3.025.000
 = Rp 3.725.000
7.      B/C ratio = Rp 3.725.000
Rp 3.025.000
= 1,23

BAB V
KESIMPULAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.        Berdasarkan hasil analisa tingkat pendapatan petani yang diperoleh dari hasil usaha budidaya rumput laut perpanen dengan luas tambak 1ha sebesar Rp.3.725.000
2.        Berdasarkan hasil analisa tingkat penerimaan efisiensi biaya yang digunakan memperlihatkan, bahwa rumput laut layak diusahakan karena menghasilkan B/C ratio sebesar 1,23 untuk satu kali proses produksi
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1.         Pemberian dan pemakaian sarana produksi bibit, pupuk, pengendalian Hama penyakit perlu ditingkatkan untuk mendapatkan produksi yang optimal
2.         Penanganan proses rumput laut seperti waktu panen, kebersihan, kekeringan dan pengepakan harus mengikuti perlakuan teknis sehingga dapat bersaing di pasaran terutama untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi.