BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sektor
pertanian mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian nasional,
terutama sumbangannya tehadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan devisa
negara, tetapi belum mengangkat pendapatan petani.
Budidaya
rumput laut yang dikembangkan dimasyarakat tani tambak, keberadaannya cukup
memberikan andil dalam menciptakan lapangan kerja dan dapat mengatasi tingkat
pengangguran dengan memanfaatkan angkatan kerja terutama proses pasca panen.
Di Sulawesi Selatan
khususnya Kota Palopo, pengembangan rumput laut jenis (Gracillaria) sangat
diminati oleh petani tambak, karena tidak membutuhkan biaya besar, pasar
terbuka luas dengan harga yang layak.
1.2
Permasalahan
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang dihadapi yaitu :
1. Berapakah
pendapatan yang diperoleh petani dalam satu siklus produksi budidaya rumput
laut
2. Bagaimana
efisiensi penggunaan biaya produksi dalam budidaya rumput laut yang dikelolah
petani
1.3
Tujuan
Adapun
tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani dari budidaya rumput laut
2. Untuk
mengetahui efisiensi penggunaan biaya produksi dalam budidaya rumput laut yang
dikelolah petani
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sistematika
Divisio :Rhodophyta
Kelas :Florideophyceae
Ordo :Gracilariales
Famili :Gracillariaceae
Genus : gracillaria
Spesies :Eucheumaspinosum
Kelas :Florideophyceae
Ordo :Gracilariales
Famili :Gracillariaceae
Genus : gracillaria
Spesies :Eucheumaspinosum
2.2
Klasifikasi rumput laut Eucheuma spinosum menurut Atmaja et al., (1996) adalah
sebagai berikut :
Divisio :
Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo :
Gigartinales
Famili :
Solieriaceae
Genus :
Eucheuma
Spesies :
Eucheuma spinosum
Morfologi
rumput laut jenis gracillaria sp tidak memiliki perbedaan antara akar,
batang,dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan talus dengan
berbagai bentuk percabangannya, secara alami gracillaria hidup dengan
melekatkan tallusnya pada subtrat yang berbentuk pasir, lumpur, karang mati,
batu.
2.3 Syarat Tumbuh
Tahap awal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan budidaya gracilaria dalam
tambak, antara lain adalah keadaaan tambak yang akan digunakan (termasuk dasar
tambak sebagai substrat), kualitas air dalam tambak dan sekitarnya, serta bibit
tanaman baik mengenai jenis dan kualitasnya.
a. Keadaan Tambak
# Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat dilihat pada lampiran.
# Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,5 sampai 8,5. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu "penebaran kapur".
# Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar.
# Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air.
# Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat tertentu. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.
# Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.
# Keadaan dasar tambak yang paling ideal adalah pasir yang mengandung lumpur atau tanah yang mengandung pasir dengan sedikit lumpur. Perlu diusahakan supaya dasar tambak tidak terlalu banyak mengandung lumpur (ketebalan lumpur maksimal 15 sampai 20 cm) dan bila dipandang perlu dapat dilakukan pengurasan lumpur. Beberapa alternatif bentuk/disain tambak dapat dilihat pada lampiran.
# Tambak harus bersih dari tanaman lain yang dapat membusuk, terutama yang dapat meningkatkan derajat keasaman dasar tambak. Derajat keasaman (pH) dasar tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang paling ideal adalah sekitar 6,5 sampai 8,5. Untuk mengurangi keasaman dapat dilakukan terlebih dahulu "penebaran kapur".
# Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih (tidak terlalu banyak mengandung lumpur), serta setiap petak tambak diusahakan memiliki 2 (dua) buah pintu air, yang akan berfungsi sebagai pintu-pintu untuk air masuk dan air keluar.
# Pasang-surut air laut harus mempengaruhi kondisi air di dalam tambak untuk melakukan pergantian air.
# Gelombang atau arus air di dalam tambak (sebagai akibat angin atau pengaruh pasang surut) diupayakan tidak terlalu besar, sehingga tidak mengakibatkan berkumpulnya tanaman pada suatu tempat tertentu. Akan tetapi gelombang dan arus air di dalam tambak harus cukup untuk memberikan gerakan bagi tanaman.
# Pematang tambak supaya diusahakan cukup rapih dan dapat digunakan sebagai sarana jalan dalam pengelolaan tambak dan/atau dapat difungsikan pula sebagai tempat penjemuran hasil panen dengan menggunakan alas.
b. Kualitas Air
1. Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2. Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C sampai 250 C.
3. pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar 6,5 sampai 8,5.
4. Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
1. Salinitas air berkisar antara 12o/oo - 30o/oo dan yang ideal sekitar 15o/oo - 25o/oo,
2. Suhu air berkisar antara 180C sampai 300C dan yang ideal sekitar 200C sampai 250 C.
3. pH air dalam tambak berkisar antara 6 sampai 9 dan yang ideal sekitar 6,5 sampai 8,5.
4. Air tidak mengandung lumpur sehingga kekeruhan (turbidity) air masih cukup bagi tanaman untuk menerima sinar matahari.
BAB III
TEKNIK BUDIDAYA
3.1Pemilihan
Lokasi
Sebagaimana
di laut, rumput laut di tambak juga membutuhkan beberapa persyaratan tertentu
yaitu :
a. Berada
disepanjang pantai dengan perairan langsung dari laut atau saluran air
b. Kedalaman
rata-rata 70cm
c. Airnya
jernih sehingga matahari dapat tembus kedasar tambak untuk proses fotosintesa
d. Pemasukan
dan pengeluaran air mudah dilaksanakan setiap saat dibutuhkan
e. Bebas
dari pengaruh air tawar yang berlebihan
f. Dasar
tambak rata dan bersih.
3.2 Kontruksi Tambak
a. Pematang
wiling harus kuat dan bebas dari bocoran
b. Tinggi
rata-rata 1m
c. Pintu
air 2 buah untuk pemasukkan dan pengeluaran
3.3 Pengapuran
Sebelum penebaran bibit dilakukan maka
terlebih dahulu dilakukan pengapuran yang bertujuan untuk menjernihkan air dan
menstabilkan pH dan O2,
3.4Penyediaan Bibit
Berdasarkan
pengalaman para petani rumput laut, bibit yang paling cocok untuk dibudidayakan
adalah bibit lokal, karena disamping mudah dalam hal pengadaannya juga bibit
tersebut telah cocok dengan persyaratan untuk pertumbuhannya secara alami.
Akan
tetapi bila ternyata pada lokasi yang telah ditentukan tidak terdapat bibit
lokal yang dikehendaki, maka dapat pula dilakukan dengan cara mendatangkan
bibit yang sesuai dengan yang dikehendakidari lokasi lain. Bila terjadi hal
yang demikian, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara membawa bibit
tersebut dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi kerusakan selama dalam
perjalanan.
3.5Penanaman
1. Terlebih
dahulu tambak dialiri air sedalam 50-70cm
2. Bibit
yang telah disediakan ditebar secara merata di tambak
3. Air
dipertahankan selama 3-5 hari setelah penebaran, agar rumput laut tumbuh secara
merata tanpa terganggu oleh arus air
3.6pemeliharaan dan
pemupukan
Dalam
pemeliharaan rumput laut, perawatan kualitas air dan kejernihan air sangat
penting agar rumput laut tumbuh secara optimal. Pada saat air tambak tenang,
rumput laut digoyang agar bersih dan tidak mengganggu proses metabolisme
sehingga laju pertumbuhan cepat.
Pemberian
pupuk pada rumput laut tidak sama dengan pemberian pupuk pada tanaman lain.
Pupuk yang diberikan adalah urea sebanyak 50kg/ha dan NPK Ponska sebanyak
35kg/ha, dengan dosis pemupukan adalah :
-
25kg urea di campur
dengan 20kg NPK Ponska pada saat umur tanaman 15 hari setelah tabur
-
25kg urea dan 15kg NPK
Ponska 10 hari sebelum panen.
3.7Pengendalian
Hama dan Penyakit
Tanaman
rumput laut termasuk tahan hama kecuali ikan baronang dan lumut, cara
pengendalian adalah dengan cara diversifikasi bandeng untuk membasmi lumut
sedangkan untuk pengendalian hama ikan lainnya (baronang) digunakan pestisida,seperti
drosban.
3.8Panen
Tanaman
rumput laut dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah mencapai 25 – 30 hari. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan antara lain :
a. Panen
dilakukan saat air disurutkan
b. Panen
dilakukan saat umur tanaman 35-40 hari, selanjutnya setelah 26-30 hari
c. Panen
dilakukan dengan cara memetik tanaman secara merata dengan meninggalkan
sebagian sebagai bibit
d. Setelah
panen selesai segera dimasukkan air baru kemudian dilakukan pemupukan ulangan
3.9
Pascapanen
a. Rumput
laut di cuci dan dibersihkan
b. Penjemuran
dilakukan diatas pematang dengan yang dialasi rang atau faring
c. Lama
penjemuran 1-2 hari, atau tergantung terik matahari
d. Rumput
laut yang kering apabila digenggam dan kemudian dilepaskan akan
mengembangkembali dan warnanya coklat kehijauan dan kehitam-hitaman
e. Rumput
laut yang sudah kering disimpan pada tempat yang kering dan terlindungi.
3.10
BAB IV
ANALISA
USAHA TANI
4.1 Data Responden
Nama
:
Marjun S.pd
TTL :
Rante damai
Agama
:
Islam
Alamat :
Kel. Songka kota palopo
Tanggungan
: 6 org
Luas
Tambak : 1
Ha
4.2 Analisa Usaha
Analisa usaha tani tanaman rumput laut
pada tambak seluas 1Ha sebagai berikut :
1.
Biaya produksi
- PBB =
Rp 40.000,00
- Bibit
1.000kg @ Rp 1.500 =
Rp 1.500.000,00
- Bibit
ikan bandeng 600 ekor @ Rp. 150 =
Rp 90.000,00
Total fixed cost = Rp 1.630.000,00
- Pupuk
:
· Pupuk
urea 1 sak @ Rp. 120.000 =
Rp 95.000,00
· Pupuk
NPK 1 sak @ Rp 150.000,00 =
Rp 150.000,00
· Kapur
30 sak @ Rp 4.500,00 =
Rp 135.000,00
- Pestisida
:
· Drosban
1Ltr @ Rp 75.000,00 =
Rp 75.000,00
- Biaya
tenaga kerja
· Panen
1.500kg @ Rp 600,00 =
Rp 900.000,00
· Penanaman
5org @ Rp. 35.000 =
Rp 175.000,00
- Penyusutan
alat 1 kali proses produksi
· Perahu
dari drum plastik Rp 350.000 =
Rp 29.500,00
· Parang
@ Rp 60.000 =
Rp 5.000,00
· Petibak
@ Rp 65.000 =
Rp 5.500,00
Total variabel cost = Rp 1.395.000,00
= Rp 1.630.000 + Rp 1.395.000
= Rp 3.025.000
3. Produksi
1,5 ton = 1.500 kg
4. Harga
Rp 4.500,00/kg
5. Total
revenju = 1.500 x 4.500 = Rp 6.750.000
6. Profit
= Rp 6.750.000 – Rp 3.025.000
= Rp 3.725.000
7. B/C
ratio = Rp 3.725.000
Rp 3.025.000
= 1,23
BAB V
KESIMPULAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan hasil
analisa tingkat pendapatan petani yang diperoleh dari hasil usaha budidaya
rumput laut perpanen dengan luas tambak 1ha sebesar Rp.3.725.000
2.
Berdasarkan hasil
analisa tingkat penerimaan efisiensi biaya yang digunakan memperlihatkan, bahwa
rumput laut layak diusahakan karena menghasilkan B/C ratio sebesar 1,23 untuk
satu kali proses produksi
5.2 SARAN
Berdasarkan
kesimpulan diatas maka disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1.
Pemberian dan pemakaian
sarana produksi bibit, pupuk, pengendalian Hama penyakit perlu ditingkatkan
untuk mendapatkan produksi yang optimal
2.
Penanganan proses
rumput laut seperti waktu panen, kebersihan, kekeringan dan pengepakan harus
mengikuti perlakuan teknis sehingga dapat bersaing di pasaran terutama untuk
mendapatkan nilai jual yang tinggi.
No comments:
Post a Comment