RANCANGAN PENELITIAN ILMU TANAH
A. Istilah Percobaan
Beberapa istilah dalam peneltian adalah perlakuan (treatment),
aras (level), kontrol, satuan percobaan (experimental unit/plot),
peubah, variasi (natural variation), rancangan perlakuan, rancangan
percobaan, dan kelompok.
Perlakuan (Treatment)
Perlakuan dapat diartikan sebagai kondisi yang pengaruhnya
diamati dalam penelitian. Perlakuan selalu terkait dengan pertanyaan atau
hipothesis yang akan dijawab atau dibuktikan dalam percobaan.
Aras (level)
Aras merupakan perbedaan kondisi suatu perlakuan. Aras
biasanya merupakan perluasan atau pengembangan dari perlakuan. Terdapat aras
kualitatif dan aras kuantitatif. Aras kualitatif misalnya dalam kajian jenis
obat dikaji obat sejenis tapi lain pabrik atau lain jenis molekulnya. Sedangkan
aras kuantitatif adalah kadar dari obat yang diuji misalnya 1, 2 dan 3 ppm.
Kontrol (control)
Kontrol adalah standar perlakuan yang biasanya digunakan
sebagai pembanding dalam mengkaji pengaruh perlakuaan. Kontrol pada umumnya
diartikan sebagai tanpa perlakuan. Penggunaan kontrol dalam suatu percobaan
sangat embantu dalam melihat pengaruh suatu perlakuan. Penggunaan kontrol
memungkinkan peneliti dapat segera melihat kelemahan atau keunggulan dari
perlakuan yang sedang dikaji.
(Satuan percobaan (experimental unit/plot)
Satuan percobaan adalah individu atau kelompok individu yang
mendapat satu perlakuan. Pengukuran peubah dilakukan pada setiap satuan
percobaan. Berbagai jenis pengukuran dapat dilakukan dalam setiap satu satuan
percobaan.
Peubah (variable)
Peubah adalah penampilan unit percobaan yang
diamati dan merupakan respon terhadap perlakuan. Contoh peubah adalah konsumsi
ransum, produksi susu, bobot badan atau pertambahan bobot badan. Peubah yang
diukur harus disesuaikan dengan tujuan penelitian atau hipothesis yang diuji
dalam penelitian.
Keragaman (variation)
Keragaman adalah perbedaan nilai suatu peubah hasil
pengukuran antara satu individu dengan individu lainnya yang diamati. Jika
suatu kelompok ternak mempunyai keragaman genetis tinggi maka tampilan produksi
ternak akan sangat beragam walaupun kondisi lingkungannya sama.
Kelompok (group/block)
Kelompok adalah sejumlah individu
yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Pada percobaan biasanya dikenal
pengelompokan satuan percobaan. Pengelompokan satuan percobaan dilakukan untuk
mengurangi atau memisahkan sumber keragaman dalam suatu percobaan agar pengaruh
perlakuan yang diuji lebih terlihat.
B. Rancangan Perlakuan
Rancangan Perlakuan Sederhana
Pada kajian yang hanya menggunakan satu faktor perlakuan
atau hanya satu jenis sumber keragaman maka dapat dinyatakan sebagai perlakuan
sederhana. Faktor atau kriteria lain yang kemungkinan akan mempengruhi hasil
pengujian dianggap tetap atau dipiRsahkan melalui
perancangan percobaan. Sebagai contoh percobaan hanya mengkaji pengaruh obat
saja. Berarpa jenis atau merek obat diuji pada satu peneltian misalnya obat
yang dapat memobilisasi lemak dengan berbagai merek.
Rancangan Perlakuan Faktorial
Jika dalam satu percobaan dikaji dua faktor perlakuan dan
pengaruh interaksinya akan lebih diutamakan maka perlakuan dapat disusun dengan
pola faktorial. Misalnya dalam peneilitian pengkajian suatu jenis obat
dilakukan pada jantan dan betina. Pada awal pecobaan diyakini bahwa respon
ternak jantan dan betina terhadap obat yang diuji dapat berbeda, misalnya obat
tersebut berpengaruh pada sistem hormon kelamin.
Respon Kurva
Perlakuan kuantitaf dapat dirancang agar respon yang
diperoleh dapat menggambarkan keragaman respon terhadap perubahan perlakuan.
Pengkajian pengaruh perlakuan kuantitatif yang dirancang dengan aras yang
berbeda dapat menghasilkan respon yang linear (lurus), atau non linear misalnya
kuadratik (pangkat dua, terdapat respon minimum atau maksimum), kubik (pangkat
tiga, terdapat respon satu minimum dan satu maksimum) atau respon dengan
persamaan berderajat lebih tinggi lagi. Hal ini tergantung pada jumlah
perlakuan.
C. Rancangan Percobaan
Jenis perancangan percobaan sering digunakan dalam penelitian
aspek nutrisi adalah (a) RancanganCross-Over, (b) Raancangan Bujur
Sangkar Latin, (c) Rancangan Acak Lengkap, dan (b) Rancangan Acak Kelompok.
Rancangan tersebut dapat dipilih sesuai dengan ketersediaan ternak dan tujuan
penelitian.
Rancangan Acak lengkap
Suatu percobaan yang menggunakan ternak atau hewan dapat
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) jika semua hewan atau ternak dan
kandangnya serta peralatan pendukungnya seragam. Jumlah ternah atau hewan yang
seragam dan memenuhi kebutuhan penelitian biasanya cukup sulit diperoleh. Pada
percobaan yang menggunakan RAL setiap perlukaan diberikan pada beberapa satuan
percobaan sebagai ulangan. Semakin banyak ulangan semakin kecil keragaman
akibat keragam alami yang tidak teridentifikasi.
Rancangan Acak Kelompok
Rancangan acak kelompok (RAK) biasanya diterapkan jika
satuan percobaan tidak seragam namun masih dapat ternak yang akan digunakan
masih dapat dikelompokkan. Pada percobaan dengan RAK, setiap perlakuan
diberikan pada setiap satuan percobaan dari kelompok yang berbeda.
Pengelompokan yang efektif dapat mengurangi keragaman alami. Dengan
mengelompokan satuan percobaan maka pengaruh perlakuan terhadap ternak dapat
lebih kelihatan.
Rancangan Bujur Sangkar Latin
Rancangan bujur sangkar latin (BSL) biasanya diterapkan jika
jumlah ternak atau hewan yang dapat digunakan hanya sedikit. Percobaan dengan
rancangan BSL dapat menggunakan satuan percobaan yang terbatas namun percobaan
membutuhkan waktu yang lebih lama.
Rancangan Cross-Over
Rancangan bujur sangkar latin adalah salah satu contoh
rancangan Cross-Over. Namun BSL setiap ternak mendapat
perlakuan yang berbeda pada setiap periode. Percobaan masih dapat dilakukan
dengan satuan percobaan yang hanya satu sehingga setiap perlakuan dapat
diberikan berkali-kali pada ternak yang sama.
Rancangan Petak Terbagi (Split-plot Design)
Rancangan perlakuan faktorial dapat diterapkan pada
rancangan petak terbagi. Rancangan percobaan petak terbagi dapat menggunakan
rancangan dasar yang berupa RAL, RAK atau BSL. Rancangan percobaan ini
mempunyai dua kelompok perlakuan yaitu petak utama (whole plot) dan anak
petak (sub plot). Petak utama merupakan kelompok bagi anak petak.
Perancangan ini biasanya digunakan pada saat peneliti ingin melihat pengaruh
salah satu perlakuan (perlakuan pada anak petak) lebih tajam dibandingkan
dengan pengaruh perlakuan pada petak utama.
D. Pengukuran Peubah Dan Pengambilan Sampel
Pada penelitian menggunakan ternak biasanya mengkatagorikan
dua periode penelitian yaitu periode preliminari dan periode pengamatan.
Pengukuran peubah harus diupayakan bebas dari pengaruh pakan sebelumnya. Pada
ternak ruminansia, peride preliminari adalah minimum 14 hari. Setelah 14 hari
pakan yang dikonsumsi periode sebelumnya sudah dianggap tidak tersisalagi.
Pengambilan sampel perlu dirancang dengan seksama sehingga
tidak saling mengganggu. Teknik pengukuran peubah dan teknik pengambilan sampel
(sample) dapat mempengaruhi ketelitian data yang diperoleh. Oleh karena
itu protokol pengambilan contoh harus sesuai dengan prinsip dan prosedur ilmiah
yang diakui. Pengambilan sampel bisanya dilakukan secara acak agar mewakili dan
dengan ulangan (replicate) untuk menghindari pengukuran peubah pada
kondisi ekstrim. Sampel harus dapat mewakili kondisi yang sebenarnya.
Periode Percobaan
Lama percobaan sangat bervariasi, periode percobaan sangat
dipengaruhi berbagai faktor termasuk: (a) tujuan penelitian, (b) jenis dan
kondisi ternak, (c) manajemen ternak sebelum percobaan, (d) jenis peubah yang
diukur, (e) kondisi lingkungan percobaan. .
Peubah dalam Percobaan
Jenis peubah yang diamati dan jumlah pengukurannya
disesuaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian menggunakan ternak dapat
menetapkan beberapa peubah diantarnya adalah aspek konsumsi, kecernaan,
penyerapan, dan metabolisme nutrien. Peubah aspek metabolisme dapat meliputi
aspek fisiologis dan bikimia termasuk hormon, dan enzim. Peubah lain dapat
menyangkut aspek pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Peubah yang diukur
umumnya lebih darisatu dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Semakin
banyak peubah yang diukur semakin mudah menginterpretasikan data yang
diperoleh. Pengukuran peubah juga dapat dilakukan pada tingkat jaringan atau
sel. Pemilihan peubah harus mempunyai dasar ilmiah yang jelas dan kaitan satu
dengan lainnya.
Peubah yang diukur sangat bervariasi tingkat akurasinya.
Beberapa peubah menunjukkan variasi hasil pengukuran yang besar. Hal tersebut
dapat terjadi karena teknik pengukuran dan alat yang digunakan kurang teliti
atau karena sifat peubah tersebut yang mudah berubah akibat lingkungan atau
faktor laiinya. Ketelitian dan ketepatan pengukuran dapat ditingkatkan dengan
memperbanyak jumlah pengukuran dan memperpanjang masa pengamatan. Teknik
pengukuran peubah perlu dilakukan mengikuti prosedur yang telah dikaji peneliti
lain. Pengukuran peubah yang belum dilakukan orang, maka teknik pengukuran
harus mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait dengan peubah tersebut.
Konsumsi Pakan
Konsumsi terkait dengan selera makan dan penampilan produksi
ternak. Selera makan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan juga faktor fisiologis
ternak. Faktor lingkungan diantaranya adalah suhu dan kelembaban, pakan
(kandungan kimia dan sifat fisik), tempat makan, cara memberi makan (waktu dan
alat yang digunakan). Faktor fisiologis yang mempengaruhi konsumsi pakan adalah
umur ternak dan kebuntingan. Tingkat ketelitian pengukuran konsumsi nutrien
sangat tergantung pada ketelitian penimbangan pakan yang diberikan dan sisa
pakan yang tertinggal serta pengambilan sampel dan analisisnya.
Kecernaan Pakan
a. Fermentasi dalam Rumen
Laju fermentasi pakan dalam rumen dapat tergambarkan dengan
pengukuran kadar atau laju produksi volatile faty acids (VFA)
dan NH3 dalam rumen. Aktifitas pencernaan fermentatif mikroba
dalam rumen mengasilkan VFA dan NH3. Semakin tinggi kadar dan laju
produksi kedua molekul tersebut mengambarkan bahwa bahan pakan mudah
difermentasi. Pemberian pakan jenis ini dapat menyediakan energi dalam bentuk
VFA untuk ternak. Jumlah NH3 yang terbentuk dalam rumen dapat
menggambarkan bahwa komponen protein ransum mudah didegradasi dalam rumen
menghasilkan NH3. Pengambilan sampel cairan rumen untuk analisis
kedua molekul tersebut akan sangat baik dilakukan 2-4 jam setelah makan, karena
aktifitas mikroba yang tertinggi terjadi pada selang waktu tersebut.
b. Kecernaan Total
Kecernaan nutrien secara langsung menggunakan ternak (in
vivo) merupakan teknik yang terbaik. Jumlah nutrien yang dicerna bisanya
dilakukan dengan mengukur konsumsi nutrien dan feces (kotoran) yang
dikeluarkan. Pengukuran kecernaan biasanya dilakukan dalam selang waktu 7 hari
setelah ternak percobaan mendapat pakan yang sama dengan pakan yang diuji
selama tidak kurang dari 14 hari sebelum dilakukan pengukuran kecernaan.
Metabolit Darah
Nutrien yang dicerna dapat diserap masuk ke dalam peredaran
darah segera setelah proses pencernaan. Oleh karena itu untuk mengamati nilai
nutrisi suatu pakan dapat dilakukan dengan mengukur kadar metabolit dalam
darah. Glukosa darah akan dapat diukur dalam beberapa jam setelah makan.
Peningkatan kadar glukosa darah terkait dengan penurunan kadar asam lemak bebas
(free fatty acids atau FFA) dan insulin darah. Pada saat tidak
makan kadar FFA darah sangat tinggi yangmenunjukan bahwa kebutuhan energi
ternakdisediakan dari lemakyang dideposit dalam tubuh ternak. Penurunan
mobilisasi lemak tubuh atau dengan menurunnya kadar FFA darah terjadi akibat
tersedianya glukosa dari pakan. Metabolit darah lain yang dapat diukur adalah
nutrien lain termasuk asam amino, mineral, dan enzim. Sel darah, protein, lemak
darah dan sifat fisik serta kimia darah dapat dijadikan peubah dalam
penelitian.
Bobot Hidup
Bobot hidup merupakan salah contoh peubah yang menggambarkan
produksi pada ternak. Pengukuran bobot hidup dapat mengetahui petumbuhan
ternak. Bobot hidup sebagai peubah yang dikur dalam jumlah dan waktu yang
terbatasdapat dianggap peubah yang ketepatannya rendah. Sebagai contoh seekor
sapi muda dapat tumbuh sekitar 5 kg per 7 hari, sementara bobot hidup sapi
dapat berubah dengan cepat setelah mengkonsumsi pakan dan air minum.
Pertambahan bobot badan akibat konsumsi dapat mencapai 30 kg dalam waktu hanya
2 jam. Ketelitian pengukuran bobot hidup dapat ditingkatkan dengan penimbangan
sapi pada pagi hari sebelum sapi makan dan minum dan memperpanjang waktu
pengamatan.
Aspek Reproduksi
Kualitas reproduksi ternak sangat tergantung pada status
nutrisi ternak. Olehkarena itu aspek kesuburan termasuk jumlah oosit, oosit
yang dibuahi per induk, jumlah anak hidup, berat anak, kualitas sperma pada
jantan dan pola perubahan hormon reproduksi dalam darah dapat digunakan sebagai
peubah dalam percobaan nutrisi.
E. Analisa(Analysis)
Metode pengujian sampel di laboratorium harus dikembangkan
dan divalidasi menggunakan prinsip dan prosedur ilmiah yang telah diakui.
Ketika memilih metode perlu mendapat perhatian pada metode yang dapat dilakukan
dan dapat diandalkan. Pelaksanaan analisa di laboratorium untuk tujuan
penelitian harus mengikuti prosedur kerja standar dan keselamatan yang berlaku
di laboratorium.
No comments:
Post a Comment