BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat
penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan
kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan
segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan
demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan meningkat secara optimal.
Dalam kenyataannya, kepuasan kerja secara menyeluruh
belum mencapai tingkat maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
kerja seseorang/ penyuluh pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap seseorang
sejak mulai bekerja di tempat
pekerjaannya, yang dalam penelitian ini adalah institusi penyuluhan.
Faktor eksentrinsik menyangkut halhal yang berasal
dari luar diri seseorang, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya
dengan pegawai lain, sistem penggajian dan sebagainya.
Peningkatan kepuasan kerja petugas pada institusi
penyuluhan di Indonesia hanya mungkin terlaksana secara bermakna apabila
faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diidentifikasi secara ilmiah, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Penyuluhan sebagai pendidikan nonformal yang
ditujukan untuk petani dan keluarganya, berperan penting dalam
revitalisasi pembangunan pertanian. Perpres No.7 tahun 2005
tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2004-2009
Bidang Pertanian (Bab 19), menyatakan bahwa lembaga pendukung
petani, terutama lembaga penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi sehingga
menurunkan efektivitas pembinaan, dukungan dan diseminasi teknologi
dalam rangka meningkatkan penerapan teknologi dan efisiensi usaha
petani, karena itu, penguatannya diarahkan kepada pendampingan petani,
termasuk peternak.
Penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan
dikepalai oleh Bpk Abdul Rasjid H. Sp. M.Si dengan jumlah penyuluh yang
dibawahi sebanyak 20 orang dan staf kantor 5 orang. Semua penyuluh mempunyai
wilayah kerja atau wilayah binaan masing – masing dan bertanggung jawab atas
wilayah yang mereka bina untuk memajukan atau meningkatkan produksi pertanian yang
ada di wilayah kerjanya. ( aninomous. 2012 )
Setiap penyuluh wajib menyampaikan dan mengajarkan ke
petani tentang teknologi – teknologi baru yang dapat diterapkan sehingga bias
meningkatkan produksi, meningkatkan kualitas dan kuantitas serta
mengajarkan bagaimana cara mengendalikan
hama sesuai dengan tupoksi mereka sebagai penyuluh pertanian agar petani dapat
meningkatkan taraf hdupnya.
Dalam menjalankan tupoksinya, penyuluh langsung turun
kelapangan menemui para petani namun terkadang penyuluh kesulitan untuk
melayani petani yang agak berjauhan hal ini dikarenakan tranportasi kurang
memadai dalam hal ini kendaraan untuk penyuluh seperti kendaraan bermotor,
walaupun terkadang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat atau provinsi
namun bantuan kendaraan tersebut tidak mencukupi.
Jadi untuk mengatasi masalah tersebut penyuluh
biasanya mengundang para petani untuk melakukan musyawarah untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi para petani, sehingga masalah yang dihadapi petani
dapat terselesaikan. ( aninomous. 2012 )
Data mengenai penyuluh yang ada pada BPP Wara Selatan
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Table 1. daftar jumlah penyuluh dan staf pada kantor BPP Wara Selatan
No
|
Uraian
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
(Orang)
|
Ket.
|
|
Pria
|
Wanita
|
||||
1
2
3
4
|
Penyuluh PNS
Penyuluh Honorer
Staf PNS
Staf Honorer
|
8
2
1
|
5
5
2
2
|
13
7
3
2
|
|
Jumlah
|
11
|
14
|
25
|
|
Penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui faktor
– faktor yang berpengaruh penting dalam kepuasan kerja penyuluh pertanian yang
ada pada BPP Wara Selatan sehingga dapat diketahui apa saja faktor – faktor
yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara
Selatan.
Karena kepuasan kerja seorang penyuluh sangat penting
hal ini dikarenakan apabila seorang penyuluh tidak merasa puas terhadap
pekerjaannya yang disebabkan oleh gaji, jaminan financial dan jaminan sosial
yang kurang memadai maka akan berpengaruh terhadap hasil produksi pertanian
yang ada di Kota Palopo karena kita ketahui penyuluh merupakan tulang punggung
dalam peningkatan produksi hasil pertanian.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dikemukakan
masalah pokok yang dibahas dalam penelitian yaitu :
Faktor
- faktor apakah yang mempengaruhi
kepuasan kerja penyuluh petanian pada BPP Wara Selatan ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Penyuluh Pertanian pada BPP Wara Selatan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini adalah :
1.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian.
2.
penelitian ini juga diharapkan mampu
menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para akademisi maupun masyarakat umum
yang tertarik pada topik ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
KAJIAN
TEORI
2.1.1 Penyuluh
Pertanian
Sumberdaya
manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yaitu
menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta
berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global yang selama ini
terabaikan. Dalam kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut kondisi
sumberdaya manusia pertanian di daerah yang perlu mendapatkan perhatian yaitu
sumberdaya petugas dan sumberdaya petani. Kedua sumberdaya tersebut merupakan
pelaku dan pelaksana yang mensukseskan program pembangunan pertanian (
Van Den Ban, et.al ,2003).
Sementara
itu salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok fungsional
yaitu kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), di mana Penyuluh Pertanian
adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan
langsung dengan petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya
petani di bidang pertanian, di mana untuk menjalankan tugas ini di masa depan
penyuluh harus memiliki kualitas sumberdaya yang handal, memiliki kemandirian
dalam bekerja, profesional serta berwawasan global. ( Van Den Ban, et.al
,2003).
“Penyuluhan
secara sistematis adalah suatu proses yang (1). Membantu petani menganalisis
situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan; (2). Membantu
petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis
tersebut; (3). Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap
suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki petani; (4). Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus
berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang
ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5).
Membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah
optimal; (6). Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya ; dan
(7). Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka
dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan”( Van Den Ban, et.al ,2003).
2.1.2
Kepuasan
kerja
A.
Definisi dan
Teori – Teori Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (1998) dalam Nastiti (2003), kepuasan kerja
merupakan perilaku umum penyuluh terhadap pekerjaanya sebagai hasil perbedaan
antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang
diharapkan akan diperoleh. Kepuasan kerja merupakan satu elemen yang
mendapatkan perhatian besar dari manajemen perusahaan. Hal ini terkait dengan
keberadaan suatu paham manajerial bahwa karyawan yang merasa puas akan
cenderung bekerja lebih produktif daripada karyawan yang merasa tidak puas
dengan lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek.
Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerjaan terhadap kondisi
lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil
pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya
yang dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans, 1995 sebagaimana dikutip Maryani
& Supomo (2001), secara lebih rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam
kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi istrumen pengukuran variabel kepuasan
kerja, yang meliputi dimensi kepuasan terhadap:
1.
Menarik atau tidaknya jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,
2.
Jumlah kompensasi yang diterima oleh
pekerja,
3.
Kesempatan untuk promosi
jabatan,
4.
Kemampuan atasan dalam
memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, dan
5.
Dukungan rekan sekerja.
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja teori-teori
tersebut antara lain adalah Teori Ketidaksesuian (Discrepancy Theory),
Teori Keadilan (Equity Theory), dan Teori Dua Faktor (Teori Herzberg).
B.
Teori
Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Teori ini mendasarkan
pada kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek tergantung pada selisih
(discrepancy) antara apa yang telah didapatkan dengan apa yang diinginkan.
Jumlah yang diinginkan dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai
jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang
terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi
aktual.
Semakin besar
kekurangan dan semakin banyak hal-hal yang diinginkan, maka semakin besar
ketidakpuasan. Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari yang diinginkan,
maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, karena
discrepancy itu merupakan positif discrepancy. Sebaliknya semakin jauh
kenyataan yang dirasakan atau di bawah standar minimum sehingga menjadi negatif
discrepancy, maka semakin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap
pekerjaannya. Sikap penyuluh akan tergantung bagaimana discrepancy itu
dirasakan.
C.
Teori
Keadilan (Equity Theory)
Prinsip pada teori ini
adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia
merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau
inequity atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan
orang lain sekelas, sekantor, dan sebagainya. Elemen teori ini ada tiga yaitu:
1. Input yaitu segala sesuatu yang berharga
yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaannya, misal:
pendidikan, pengalaman, keadilan, jumlah jam kerja, dan sebagainya.
2. Outcomes atau hasil yaitu segala sesuatu
yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari pekerjaannya, misal:
gaji, keuntungan, status, dan sebagainya.
3. Orang pembanding yaitu orang lain dengan
siapa karyawan membandingkan rasio input outcomes yang dimilikinya, dapat
berupa seseorang di perusahaan yang sama atau di tempat lainnya atau bisa pula
dengan dirinya sendiri di masa lampau.
Menurut teori ini
setiap penyuluh akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya dengan rasio
input-outcomes orang pembanding. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil,
maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi
menguntungkan (over compensation in equity) dapat menimbulkan kepuasan. Tetapi
bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan (under compensation equity)
akan timbul ketidakpuasan. ( Robbins 1998 )
2.1.3 Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kepuasan Kerja Penyuluh Pertanian
Kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa
besar seorang penyuluh menyukai pekerjaannya (Cherington, 1987:82). Kepuasan
kerja adalah sikap umum pekerja tentang pekerjaan yang dilakukannya, karena
pada umumnya apabila orang membahas tentang sikap pegawai, yang dimaksud adalah
kepuasan kerja (Robbins, 1994:417). Pekerjaan merupakan bagian yang penting dalam
kehidupan seseorang, sehingga kepuasan kerja juga mempengaruhi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu kepuasan kerja adalah bagian kepuasan hidup (Wether
dan Davis, 1982:42).
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur
kepuasan kerja seorang pegawai adalah:
·
Faktor Kepuasan Finansial, yaitu
terpenuhinya keinginan penyuluh terhadap
kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi penyuluh dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; besarnya
gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta
promosi (Moh. As’ad,1987: 118).
·
Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik penyuluh. Hal ini
meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, kondisi
kesehatan penyuluh dan umur (Moh.
As’ad,1987:117).
·
Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor
yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama penyuluh, dengan
atasannya maupun
antara sesama penyuluh. Hal ini
meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta
pengarahan dan perintah yang wajar (Drs.Heidjrachman dan Drs. Suad Husnan.1986:
194-195).
·
Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor
yang berhubungan dengan kejiwaan penyuluh. Hal ini meliputi; minat, ketentraman
dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan (Moh.As’ad,1987:
11.7).
Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respons umum
pekerja berupa perilaku yang ditampilkan oleh penyuluh sebagai hasil persepsi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja akan
didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja dan kenyataan yang
didapatkannya di tempat bekerja.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan, peranan dari faktor-faktor tersebut dalam memberikan kepuasan kerja
juga tergantung pada pribadi masing-masing individu, Ghiselli dan Brown
mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Syahrani (2002), menyatakan adanya
enam faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
1. Pencapaian
diri atau Spiritualitas
Perasaan tenang dan puas karena terdapatnya
kebahagian batin/spiritual, misalnya perasaan dalam bekerja, dimana karyawan
mendasarkan diri dalam bekerja semata-mata untuk beribadah kepada Tuhan.
Bekerja merupakan salah satu cara untuk bertakwa kepada Tuhan. Seberapa
beratnya tugas yang diembannya, namun bila itu merupakan pekerjaan yang harus
dilaksanakan, maka karyawan akan ikhlas dan puas menjalankannya.
2. Kedudukan
atau Posisi
Umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada
pekerjaan yang lebih tinggi akan lebih puas daripada yang bekerja pada
pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa penelitian menunjukan bahwa hal tersebut
tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan
kerja.
3. Pangkat
atau Golongan
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat
(golongan) sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang
yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyak akan dianggap
sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan
mengubah perilaku dan perasaanya.
4. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan umur karyawan: Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45
tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas
terhadap pekerjaan. Sedangkan untuk umur karyawan diatas 45 tahun, mereka akan
cenderung realistis dan puas terhadap pekerjaannya.
5. Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial
Masalah jaminan financial (kompensasi) dan jaminan
sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
6. Mutu Pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan
sangat penting artinyadalam menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan
dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan
kepada bawahannya, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian
yang penting dari organisasi kerja
Persepsi pekerja mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaannya dan kepuasan kerja melibatkan rasa aman, rasa adil, rasa
menikmati, rasa bergairah, status dan kebanggaan. Dalam persepsi ini juga dilibatkan
situasi kerja pekerja yang bersangkutan yang meliputi interaksi kerja, kondisi
kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi. Selain itu di
dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian antara kemampuan dan keinginan
pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis
pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif.
2.2 Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian dalam latar
belakang, permasalahan dan tujuan maka hipotesis yang diajukan adalah “Diduga
bahwa dengan adanya beberapa faktor seperti : umur, mutu pengawasan, pangkat,
jaminan pinansial dan lain-lain dapat mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh
pertanian di BPP Wara Selatan, Kota
Palopo
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan
dilaksanakan di Kelurahan Songka, Kecamatan Wara Selatan, Kota Palopo Lokasi
ini dipilih atas pertimbangan bahwa di Kelurahan tersebut merupakan salah satu obyek yang
mempunyai Penyuluh Pertanian berpengalaman.
III.2 Penentuan
Responden
Penentuan responden dilakukan dengan mengambil
semuah penyuluh yang ada pada BPP wara selatan yang berjumlah 20 orang
III.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini pengambilan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung kepada 20 orang penyuluh pertanian, Kantor BPP Wara Selatan
Data sekunder diperoleh dari kantor
BPP Wara Selatan dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota
Palopo.
III.4 Teknik
Analisis
Data
Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja penyuluh
pertanian pada BPP Wara Selatan maka digunakan angka – angka sebagai berikut :
3 = Sangat Pu
2 = Kurang Puas
1 = Tidak Puas
III.5 Defenisi Operasional
Beberapa pengertian yang menjadi batasan penelitian ini
adalah :
1.
Penyuluhan
secara sistematis adalah suatu proses yang Membantu petani menganalisis situasi
yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan
2.
Penyuluh
Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan
langsung dengan petani binaan.
3.
Umur adalah usia responden yang
dihitung dari tahun kelahiran sampai pada saat diwawancarai dinyatakan dalam
satuan tahun
4.
Kelompok fungsional adalah kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
5.
kepuasan kerja adalah
perilaku umum karyawan terhadap pekerjaanya sebagai hasil perbedaan antara
nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan
diperoleh.
6.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yaitu :
a.
Gaji
yaitu salah satu hal yang penting bagi setiap penyuluh yang bekerja
dalam suatu instansi pemerintah, karena dengan gaji yang diperoleh seseorang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.
Pangkat
dan Golongan adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan seseorang
Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian
dan digunakan sebagai dasar penggajian.
c.
Umur
adalah usia satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk,
baik yang hidup maupun yang mati. dinyatakan
dalam satuan tahun
d.
Jaminan
Finansial dan Jaminan Sosial adalah suatu program yang didanai atau
diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber
daya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas
Samsuddin 1999. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jakarta.
BPLPP-Departemen Pertanian.
Bahua
M. Ikbal, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan
Dampaknya Pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo. Disertasi –
Doktor. Bogor. Sekolah Pascasarjana-IPB.
Hubeis
Vitalaya S. Aida. 2008. Motivasi, Kepuasan dan Produktivitas Kerja Penyuluh
Lapangan Peternakan. Media Peternakan, April 2008, hlm. 71-80. Vol. 31 No.1.
Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005.
Jahi
Amri dan Ani Leilani, 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten,
Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan . Vol. 2 No.2
Mardikanto
Totok, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret (UNS) Press.
Marzuki.
1994. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nazir Moh,
2005. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia
Newstrom.
2009. “Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes
view their work”. Kepuasan kerja [terhubung berkala] http//id.wikipedia.org/wiki/Kepuasa
n_Kerja.
Puspadi
Ketut, 2002. Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian. Disertasi Doktor. Bogor.
Sekolah Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor.
Sastraadmadja.
1993. Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Balai Pustaka.
Syamsudin.
1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung: Bina Cipta.
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan. Jakarta. Departemen Pertanian
van
den Ban & Hawkins. 2005. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Wibowo.
2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://blog-husni.blogspot.com/2010/07/kinerja-penyuluh-pertanian-lapangan-di.html
Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Provinsi Jambi. Diakses pada tanggal 25
Februari 2012
http://www.penyuluhpertanian.com/pelaksanaan-sertifikasi-penyuluhpertanian
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pusbangluhtan Kementrian Pertanian.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2012
mkasih balik gan atas kunjungannya,,,ane segera meluncur
ReplyDelete