Tuesday, June 5, 2012

contoh proposal Skripsi Pertanian agribisnis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan meningkat secara optimal.

Dalam kenyataannya, kepuasan kerja secara menyeluruh belum mencapai tingkat maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang/ penyuluh pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap seseorang sejak mulai bekerja di tempat  pekerjaannya, yang dalam penelitian ini adalah institusi penyuluhan.
Faktor eksentrinsik menyangkut halhal yang berasal dari luar diri seseorang, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan pegawai lain, sistem penggajian dan sebagainya.
Peningkatan kepuasan kerja petugas pada institusi penyuluhan di Indonesia hanya mungkin terlaksana secara bermakna apabila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diidentifikasi secara ilmiah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Penyuluhan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan untuk petani dan keluarganya, berperan penting dalam revitalisasi pembangunan pertanian. Perpres No.7 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2004-2009 Bidang Pertanian (Bab 19), menyatakan bahwa lembaga pendukung petani, terutama lembaga penyuluhan pertanian sudah kurang berfungsi sehingga menurunkan efektivitas pembinaan, dukungan dan diseminasi teknologi dalam rangka meningkatkan penerapan teknologi dan efisiensi usaha petani, karena itu, penguatannya diarahkan kepada pendampingan petani, termasuk peternak.
Penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan dikepalai oleh Bpk Abdul Rasjid H. Sp. M.Si dengan jumlah penyuluh yang dibawahi sebanyak 20 orang dan staf kantor 5 orang. Semua penyuluh mempunyai wilayah kerja atau wilayah binaan masing – masing dan bertanggung jawab atas wilayah yang mereka bina untuk memajukan atau meningkatkan produksi pertanian yang ada di wilayah kerjanya. ( aninomous. 2012 )
Setiap penyuluh wajib menyampaikan dan mengajarkan ke petani tentang teknologi – teknologi baru yang dapat diterapkan sehingga bias meningkatkan produksi, meningkatkan kualitas dan kuantitas serta mengajarkan  bagaimana cara mengendalikan hama sesuai dengan tupoksi mereka sebagai penyuluh pertanian agar petani dapat meningkatkan taraf hdupnya.
Dalam menjalankan tupoksinya, penyuluh langsung turun kelapangan menemui para petani namun terkadang penyuluh kesulitan untuk melayani petani yang agak berjauhan hal ini dikarenakan tranportasi kurang memadai dalam hal ini kendaraan untuk penyuluh seperti kendaraan bermotor, walaupun terkadang mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat atau provinsi namun bantuan kendaraan tersebut tidak mencukupi.
Jadi untuk mengatasi masalah tersebut penyuluh biasanya mengundang para petani untuk melakukan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi para petani, sehingga masalah yang dihadapi petani dapat terselesaikan. ( aninomous. 2012 ) 
Data mengenai penyuluh yang ada pada BPP Wara Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :
Table 1. daftar jumlah penyuluh dan staf pada kantor BPP Wara Selatan
No
Uraian
Jenis Kelamin
Jumlah (Orang)
Ket.
Pria
Wanita
1
2
3
4
Penyuluh PNS
Penyuluh Honorer
Staf PNS
Staf Honorer
8
2
1

5
5
2
2
13
       7
3
2

Jumlah
11
14
25


Penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh penting dalam kepuasan kerja penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan sehingga dapat diketahui apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yang ada pada BPP Wara Selatan.
Karena kepuasan kerja seorang penyuluh sangat penting hal ini dikarenakan apabila seorang penyuluh tidak merasa puas terhadap pekerjaannya yang disebabkan oleh gaji, jaminan financial dan jaminan sosial yang kurang memadai maka akan berpengaruh terhadap hasil produksi pertanian yang ada di Kota Palopo karena kita ketahui penyuluh merupakan tulang punggung dalam peningkatan produksi hasil pertanian.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dikemukakan masalah pokok yang dibahas dalam penelitian yaitu :
Faktor - faktor  apakah yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh petanian pada BPP Wara Selatan  ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja  Penyuluh Pertanian pada BPP Wara Selatan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat  penelitian ini adalah :
1.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian.
2.      penelitian ini juga diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para akademisi maupun masyarakat umum yang tertarik pada topik ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            KAJIAN TEORI
2.1.1 Penyuluh Pertanian
Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yaitu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam menghadapi persaingan global yang selama ini terabaikan. Dalam kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut kondisi sumberdaya manusia pertanian di daerah yang perlu mendapatkan perhatian yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya petani. Kedua sumberdaya tersebut merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan program pembangunan pertanian ( Van Den Ban, et.al ,2003).
Sementara itu salah satu sumberdaya manusia petugas pertanian adalah kelompok fungsional yaitu kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), di mana Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani. Tugas pembinaan dilakukan untuk meningkatkan sumberdaya petani di bidang pertanian, di mana untuk menjalankan tugas ini di masa depan penyuluh harus memiliki kualitas sumberdaya yang handal, memiliki kemandirian dalam bekerja, profesional serta berwawasan global. ( Van Den Ban, et.al ,2003).
“Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang (1). Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan; (2). Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut; (3). Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani; (4). Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5). Membantu petani memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal; (6). Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya ; dan (7). Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan”( Van Den Ban, et.al ,2003).
2.1.2        Kepuasan kerja
A.    Definisi dan Teori – Teori Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (1998) dalam Nastiti (2003), kepuasan kerja merupakan perilaku umum penyuluh terhadap pekerjaanya sebagai hasil perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan diperoleh. Kepuasan kerja merupakan satu elemen yang mendapatkan perhatian besar dari manajemen perusahaan. Hal ini terkait dengan keberadaan suatu paham manajerial bahwa karyawan yang merasa puas akan cenderung bekerja lebih produktif daripada karyawan yang merasa tidak puas dengan lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja dapat dipahami melalui tiga aspek. Pertama, kepuasan kerja merupakan bentuk respon pekerjaan terhadap kondisi lingkungan pekerjaan. Kedua, kepuasan kerja sering ditentukan oleh hasil pekerjaan atau kinerja. Ketiga, kepuasan kerja terkait dengan sikap lainnya yang dimiliki oleh setiap pekerja (Luthans, 1995 sebagaimana dikutip Maryani & Supomo (2001), secara lebih rinci mengemukakan berbagai dimensi dalam kepuasan kerja yang kemudian dikembangkan menjadi istrumen pengukuran variabel kepuasan kerja, yang meliputi dimensi kepuasan terhadap:
1.         Menarik atau tidaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja,
2.         Jumlah kompensasi yang diterima oleh pekerja,
3.         Kesempatan untuk promosi jabatan,
4.         Kemampuan atasan dalam memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku, dan
5.         Dukungan rekan sekerja. Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja teori-teori tersebut antara lain adalah Teori Ketidaksesuian (Discrepancy Theory), Teori Keadilan (Equity Theory), dan Teori Dua Faktor (Teori Herzberg).
B.     Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Teori ini mendasarkan pada kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek tergantung pada selisih (discrepancy) antara apa yang telah didapatkan dengan apa yang diinginkan. Jumlah yang diinginkan dari karakteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang terpuaskan jika tidak ada selisih antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual.
Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal yang diinginkan, maka semakin besar ketidakpuasan. Apabila yang didapat ternyata lebih besar dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, karena discrepancy itu merupakan positif discrepancy. Sebaliknya semakin jauh kenyataan yang dirasakan atau di bawah standar minimum sehingga menjadi negatif discrepancy, maka semakin besar pula ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya. Sikap penyuluh akan tergantung bagaimana discrepancy itu dirasakan.
C.    Teori Keadilan (Equity Theory)
Prinsip pada teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain sekelas, sekantor, dan sebagainya. Elemen teori ini ada tiga yaitu:
1.     Input yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaannya, misal: pendidikan, pengalaman, keadilan, jumlah jam kerja, dan sebagainya.
2.     Outcomes atau hasil yaitu segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari pekerjaannya, misal: gaji, keuntungan, status, dan sebagainya.
3.     Orang pembanding yaitu orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input outcomes yang dimilikinya, dapat berupa seseorang di perusahaan yang sama atau di tempat lainnya atau bisa pula dengan dirinya sendiri di masa lampau.
Menurut teori ini setiap penyuluh akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang pembanding. Bila perbandingan itu dianggap cukup adil, maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi menguntungkan (over compensation in equity) dapat menimbulkan kepuasan. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan (under compensation equity) akan timbul ketidakpuasan. ( Robbins 1998 )
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Penyuluh Pertanian
Kepuasan kerja pada dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang penyuluh menyukai pekerjaannya (Cherington, 1987:82). Kepuasan kerja adalah sikap umum pekerja tentang pekerjaan yang dilakukannya, karena pada umumnya apabila orang membahas tentang sikap pegawai, yang dimaksud adalah kepuasan kerja (Robbins, 1994:417). Pekerjaan merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang, sehingga kepuasan kerja juga mempengaruhi kehidupan seseorang. Oleh karena itu kepuasan kerja adalah bagian kepuasan hidup (Wether dan Davis, 1982:42).
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai adalah:
·            Faktor Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan penyuluh terhadap kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi penyuluh dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi (Moh. As’ad,1987: 118).
·            Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik penyuluh. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, kondisi kesehatan penyuluh dan umur (Moh. As’ad,1987:117).
·            Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama penyuluh, dengan atasannya maupun antara sesama penyuluh. Hal ini meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar (Drs.Heidjrachman dan Drs. Suad Husnan.1986: 194-195).
·            Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan penyuluh. Hal ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan (Moh.As’ad,1987: 11.7).
Kepuasan kerja dapat dirumuskan sebagai respons umum pekerja berupa perilaku yang ditampilkan oleh penyuluh sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja akan didapat apabila ada kesesuaian antara harapan pekerja dan kenyataan yang didapatkannya di tempat bekerja.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, peranan dari faktor-faktor tersebut dalam memberikan kepuasan kerja juga tergantung pada pribadi masing-masing individu, Ghiselli dan Brown mengemukakan pendapatnya yang dikutip oleh Syahrani (2002), menyatakan adanya enam faktor yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
1. Pencapaian diri atau Spiritualitas
Perasaan tenang dan puas karena terdapatnya kebahagian batin/spiritual, misalnya perasaan dalam bekerja, dimana karyawan mendasarkan diri dalam bekerja semata-mata untuk beribadah kepada Tuhan. Bekerja merupakan salah satu cara untuk bertakwa kepada Tuhan. Seberapa beratnya tugas yang diembannya, namun bila itu merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan, maka karyawan akan ikhlas dan puas menjalankannya.
2. Kedudukan atau Posisi
Umumnya ada anggapan bahwa orang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi akan lebih puas daripada yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah. Beberapa penelitian menunjukan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, perubahan tingkat pekerjaanlah yang mempengaruhi kepuasan kerja.
3. Pangkat atau Golongan
Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan) sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyak akan dianggap sebagai kenaikan pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan mengubah perilaku dan perasaanya.
4. Umur
Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan: Umur antara 25 sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan. Sedangkan untuk umur karyawan diatas 45 tahun, mereka akan cenderung realistis dan puas terhadap pekerjaannya.
5.         Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial
Masalah jaminan financial (kompensasi) dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
6.         Mutu Pengawasan
Hubungan antara karyawan dengan pihak pimpinan sangat penting artinyadalam menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahannya, sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang penting dari organisasi kerja
Persepsi pekerja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaannya dan kepuasan kerja melibatkan rasa aman, rasa adil, rasa menikmati, rasa bergairah, status dan kebanggaan. Dalam persepsi ini juga dilibatkan situasi kerja pekerja yang bersangkutan yang meliputi interaksi kerja, kondisi kerja, pengakuan, hubungan dengan atasan, dan kesempatan promosi. Selain itu di dalam persepsi ini juga tercakup kesesuaian antara kemampuan dan keinginan pekerja dengan kondisi organisasi tempat mereka bekerja yang meliputi jenis pekerjaan, minat, bakat, penghasilan, dan insentif.
2.2 Hipotesis
Berdasarkan uraian-uraian dalam latar belakang, permasalahan dan tujuan maka hipotesis yang diajukan adalah “Diduga bahwa dengan adanya beberapa faktor seperti : umur, mutu pengawasan, pangkat, jaminan pinansial dan lain-lain dapat mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian di BPP Wara Selatan, Kota Palopo











BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Lokasi  dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Songka, Kecamatan Wara Selatan, Kota Palopo Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa di Kelurahan  tersebut merupakan salah satu obyek yang mempunyai Penyuluh Pertanian berpengalaman.
III.2 Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan mengambil semuah penyuluh yang ada pada BPP wara selatan yang berjumlah 20 orang
III.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini pengambilan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan observasi langsung kepada 20 orang penyuluh pertanian, Kantor BPP Wara Selatan
Data sekunder diperoleh dari kantor BPP Wara Selatan dan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kota Palopo.




III.4 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja penyuluh pertanian pada BPP Wara Selatan maka digunakan angka – angka sebagai berikut :
3 = Sangat Pu
2 = Kurang Puas
1 = Tidak Puas
III.5 Defenisi Operasional
Beberapa pengertian yang menjadi batasan penelitian ini adalah :
1.            Penyuluhan secara sistematis adalah suatu proses yang Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan
2.            Penyuluh Pertanian adalah petugas yang melakukan pembinaan dan berhubungan atau berhadapan langsung dengan petani binaan.
3.            Umur adalah usia responden yang dihitung dari tahun kelahiran sampai pada saat diwawancarai dinyatakan dalam satuan tahun
4.             Kelompok fungsional adalah kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
5.            kepuasan kerja adalah perilaku umum karyawan terhadap pekerjaanya sebagai hasil perbedaan antara nilai reward yang diperoleh dan nilai reward yang diharapkan akan diperoleh.
6.            Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja penyuluh pertanian yaitu :
a.       Gaji yaitu salah satu hal yang penting bagi setiap penyuluh yang bekerja dalam suatu instansi pemerintah, karena dengan gaji yang diperoleh seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.      Pangkat dan Golongan adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.
c.       Umur adalah usia satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. dinyatakan dalam satuan tahun
d.      Jaminan Finansial dan Jaminan Sosial adalah suatu program yang didanai atau diberikan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dasar orang tanpa sumber daya.












DAFTAR PUSTAKA
Abbas Samsuddin 1999. Sembilan Puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jakarta. BPLPP-Departemen Pertanian.
Bahua M. Ikbal, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya Pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo. Disertasi – Doktor. Bogor. Sekolah Pascasarjana-IPB.
Hubeis Vitalaya S. Aida. 2008. Motivasi, Kepuasan dan Produktivitas Kerja Penyuluh Lapangan Peternakan. Media Peternakan, April 2008, hlm. 71-80. Vol. 31 No.1. Terakreditasi SK Dikti No: 56/DIKTI/Kep/2005.
Jahi Amri dan Ani Leilani, 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan . Vol. 2 No.2
Mardikanto Totok, 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Universitas Sebelas Maret (UNS) Press.
Marzuki. 1994. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nazir Moh, 2005. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia
Newstrom. 2009. “Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”. Kepuasan kerja [terhubung berkala] http//id.wikipedia.org/wiki/Kepuasa n_Kerja.
Puspadi Ketut, 2002. Rekonstruksi Sistem Penyuluhan Pertanian. Disertasi Doktor. Bogor. Sekolah Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor.
Sastraadmadja. 1993. Teknik Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Balai Pustaka.
Syamsudin. 1987. Dasar-dasar Penyuluhan dan Modernisasi Pertanian. Bandung: Bina Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16, 2006. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Jakarta. Departemen Pertanian
van den Ban & Hawkins. 2005. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://blog-husni.blogspot.com/2010/07/kinerja-penyuluh-pertanian-lapangan-di.html Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan di Provinsi Jambi. Diakses pada tanggal 25 Februari 2012
http://www.penyuluhpertanian.com/pelaksanaan-sertifikasi-penyuluhpertanian Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Pusbangluhtan Kementrian Pertanian. Diakses pada tanggal 25 Februari 2012

1 comment:

  1. mkasih balik gan atas kunjungannya,,,ane segera meluncur

    ReplyDelete