Tuesday, June 12, 2012

Makalah Etika Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai karakter dan sifat yang beragam. Dari sifat inilah dapat terbentuk suatu kepribadian atau watak yang dapat membentuk pola pikiran dan dirinya pribadi, yang sangat berkaitan dengan tindakan-tindakan yang dikerjakannya di lingkungan tempat dia berada. Sikap inilah yang akan mempengaruhi etika dan etiket yang dia lakukan, karena bagaimana pun etika dan etiket merupakan pedoman dasar kita dalam bergaul dan bersosial di masyarakat.
Mengenai etika dan etiket, dua hal tersebut tentu saja dimiliki oleh setiap individu. Bahkan tidak hanya manusia atau individu, sebuah organisasi pun mempunyai kode etik tersendiri. Bagaimana perilaku itu dilakukan, di mana norma dan sopan santun itu ditempatkan, dan kapan kode etik itu digunakan, merupakan pokok dari sebuah pengimplementasian etika dan etiket. Dengan etika dan etiket yang baik, maka manusia atau individu tersebut akan diterima di lingkungan masyarakat atau organisasi yang ditempatinya.

Banyak sekali etika dan etiket yang ada di kehidupan kita. Etika dan etiket berbicara, etika dan etiket menerima tamu, etika dan etiket terhadap pelanggan, dan etika dan etiket dengan kolega atau teman sejawat.
Berbicara tentang teman sejawat, teman adalah kawan; sahabat: hanya — dekat yg akan kuundang; orang yg bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap): – seperjalanan; ia — ku bekerja;. Dengan teman sejawat pun haruslah ada etika dan etiketnya. Dengan demikian, hubungan antara teman sejawat atau kolega akan terjalin baik.
B. Rumusan Masalah
1.         Apakah arti dari etiket?
2.         Apa perbedaan antara etiket dengan etika?
3.         Bagaimana etiket dengan teman sejawat atau kolega?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.         Pengertian atau definisi dari etiket,
2.         Perbedaan antara etiket dengan etika, dan
3.         Bagaimana etiket dengan tenman sejawat atau kolega.
BAB II
ETIKET DENGAN KOLEGA ATAU TEMAN SEJAWAT
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu:
1.         Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
2.         Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
Dapat disimpulkan bahwa etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.
B. Perbedaan Etiket Dengan Etika
K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu :
1.         Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal: Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
2.         Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
3.         Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.
Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.         Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Istilah etika berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan.
Banyak orang sangat familiar dengan kata etika. Di berbagai kesempatan, kata etika seringkali digunakan dalam konteks kesopanan atau norma. Dalam konteks bisnis dan dunia kerja etika menjadi suatu pokok bahasan yang menarik untuk diulas. Bahkan di beberapa perguruan tinggi, etika dijadikan satu bahasan tersendiri yang dibakukan dalam sebuah mata kuliah, sebut saja etika bisnis dan etika profesi. Namun terkadang banyak dari kita yang salah menggunakan kata etika dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali maknanya tercampur dengan kata “etiket”.
Berbeda dengan kata etika, hanya sedikit orang yang familiar dengan kata etiket. Wajar saja, karena sedikitnya literatur, publikasi dan informasi yang berbicara mengenai kata yang satu ini. Dari segi ejaan, kata ini hampir mirip dengan etika, namun maknanya tidak mirip sama sekali.
Etiket merupakan suatu tata krama atau tata sopan santun yang menyangkut sikap lahiriah manusia. Pelanggaran terhadap sikap ini tidak menjadikan seseorang dicap sebagai manusia yang tidak bermoral. Sedangkan Etika dipahami sebagai suatu usaha manusia untuk menggunakan akal budinya dalam usaha mencapai hidup dengan lebih baik. Disini ada unsur penilaian terhadap suatu norma, nilai atau agama tertentu. Pelanggaran terhadap sikap ini bisa dicap sebagai manusia tidak bermoral. Etiket lebih bersifat lahiriah sedangkan etika batiniah.
Sebagai contoh, seorang direktur di sebuah perusahaan disebut manusia yang mempunyai etiket. Ini karena ia adalah orang yang disiplin, rapih dalam berpakaian, selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, berbicara sopan, senyum menghias mukanya dan selalu menjaga hubungan baik dengan klien. Walaupun begitu ternyata ia adalah manusia yang dinilai tidak ber-etika. Dalam menjalankan bisnis ia selalu berbuat curang dengan melakukan penyuapan di berbagai tender, ia juga melakukan tindakan nepotisme di kantornya dan terkadang melakukan pelecehan terhadap karyawannya.
Begitu pula dengan seorang koruptor, mafia kasus, pejabat/birokrat hukum yang menjadi sorotan negatif akhir-akhir ini. Lihatlah mereka, berjas rapih, senyam-senyum di depan wartawan dan beretorika bagus di pengadilan dan konferensi pers. Tentunya sangat gamblang kita menilai bahwa mereka adalah manusia-manusia yang tidak punya etika, namun belum tentu mereka tidak mempunyai etiket.
Jadi, manusia yang mempunyai etiket belum tentu ber-etika, begitu pula sebaliknya. Yang sempurna adalah manakala ia ber-etika dan ber-etiket.
C. Etiket Dengan Kolega Atau Teman Sejawat
Dengan kolega atau teman sejawat pun ada etiket tersendiri. Dengan demikian, hubungan yang terjalin akan semakin baik dan lancar. Berikut adalah etiket dengan kolega atau teman sejawat, yaitu:
  • Jangan sering meminjam barang milik kawan.
  • Hargai profesi kawan.
  • Jangan sering ke meja kawan, kecuali sangat penting dan mengenai pekerjaan (jika berada dalam satu perusahaan).
  • Hargai prifasi teman.
  • Tidak perlu berdiri ketika menerima teman sejawat, kecuali menerima tamu dari luar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah atau materi ini adalah etika dan etiket harus diterapkan dalam kehidupan kita, termasuk etiket dengan teman sejawat. Dengan adanya etiket dengan teman sejawat, maka persahabatan dan kebersamaan akan tetap terjaga dan terjalin dengan baik, serta memudahkan kita dalam kerjasama dengan teman sejawat.

No comments:

Post a Comment