BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia mempunyai karakter dan 
sifat yang beragam. Dari sifat inilah dapat terbentuk suatu kepribadian 
atau watak yang dapat membentuk pola pikiran dan dirinya pribadi, yang 
sangat berkaitan dengan tindakan-tindakan yang dikerjakannya di 
lingkungan tempat dia berada. Sikap inilah yang akan mempengaruhi etika 
dan etiket yang dia lakukan, karena bagaimana pun etika dan etiket 
merupakan pedoman dasar kita dalam bergaul dan bersosial di masyarakat.
Mengenai etika dan etiket, dua hal 
tersebut tentu saja dimiliki oleh setiap individu. Bahkan tidak hanya 
manusia atau individu, sebuah organisasi pun mempunyai kode etik 
tersendiri. Bagaimana perilaku itu dilakukan, di mana norma dan sopan 
santun itu ditempatkan, dan kapan kode etik itu digunakan, merupakan 
pokok dari sebuah pengimplementasian etika dan etiket. Dengan etika dan 
etiket yang baik, maka manusia atau individu tersebut akan diterima di 
lingkungan masyarakat atau organisasi yang ditempatinya.
Banyak sekali etika dan etiket yang ada 
di kehidupan kita. Etika dan etiket berbicara, etika dan etiket menerima
 tamu, etika dan etiket terhadap pelanggan, dan etika dan etiket dengan 
kolega atau teman sejawat.
Berbicara tentang teman sejawat, teman adalah kawan; sahabat: hanya — dekat yg akan kuundang; orang yg bersama-sama bekerja (berbuat, berjalan); lawan (bercakap-cakap): – seperjalanan; ia — ku bekerja;.
 Dengan teman sejawat pun haruslah ada etika dan etiketnya. Dengan 
demikian, hubungan antara teman sejawat atau kolega akan terjalin baik.
B. Rumusan Masalah
1.         Apakah arti dari etiket?
2.         Apa perbedaan antara etiket dengan etika?
3.         Bagaimana etiket dengan teman sejawat atau kolega?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.         Pengertian atau definisi dari etiket,
2.         Perbedaan antara etiket dengan etika, dan
3.         Bagaimana etiket dengan tenman sejawat atau kolega.
BAB II
ETIKET DENGAN KOLEGA ATAU TEMAN SEJAWAT
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu:
1.         Etiket (Belanda) secarik 
kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang (dagang) yang 
bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.
2.         Etiket (Perancis) adat sopan 
santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan 
agar hubungan selalu baik.
Dapat disimpulkan bahwa etiket adalah 
suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur 
hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.
B. Perbedaan Etiket Dengan Etika
K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4 (empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu :
1.         Etiket menyangkut cara (tata 
acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal: Ketika saya 
menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan 
menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, 
maka saya dianggap melanggar etiket.
Etika menyangkut cara dilakukannya suatu 
perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : 
Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil 
barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan 
mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah 
pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
2.         Etiket hanya berlaku dalam 
situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita).
 Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, 
maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama 
teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap
 melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada 
orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan 
cara demikian.
Etika selalu berlaku, baik kita sedang 
sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku,
 baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam 
selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
3.         Etiket bersifat relatif. Yang 
dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan 
dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu
 makan.
Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.         Etiket memandang manusia dari 
segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat 
munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, 
dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.
Etika memandang manusia dari segi dalam. 
Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang 
bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
Pengertian etiket dan etika sering 
dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut terdapat arti yang 
berbeda, walaupun ada persamaannya. Kata etik (atau etika) berasal dari 
kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau 
adat. Istilah etika berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata 
etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam 
pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara 
normatif yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu
 yaitu bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak 
melakukan sesuatu perbuatan.
Banyak orang sangat familiar dengan kata 
etika. Di berbagai kesempatan, kata etika seringkali digunakan dalam 
konteks kesopanan atau norma. Dalam konteks bisnis dan dunia kerja etika
 menjadi suatu pokok bahasan yang menarik untuk diulas. Bahkan di 
beberapa perguruan tinggi, etika dijadikan satu bahasan tersendiri yang 
dibakukan dalam sebuah mata kuliah, sebut saja etika bisnis dan etika 
profesi. Namun terkadang banyak dari kita yang salah menggunakan kata 
etika dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali maknanya tercampur dengan 
kata “etiket”.
Berbeda dengan kata etika, hanya sedikit 
orang yang familiar dengan kata etiket. Wajar saja, karena sedikitnya 
literatur, publikasi dan informasi yang berbicara mengenai kata yang 
satu ini. Dari segi ejaan, kata ini hampir mirip dengan etika, namun 
maknanya tidak mirip sama sekali.
Etiket merupakan suatu tata krama atau 
tata sopan santun yang menyangkut sikap lahiriah manusia. Pelanggaran 
terhadap sikap ini tidak menjadikan seseorang dicap sebagai manusia yang
 tidak bermoral. Sedangkan Etika dipahami sebagai suatu usaha manusia 
untuk menggunakan akal budinya dalam usaha mencapai hidup dengan lebih 
baik. Disini ada unsur penilaian terhadap suatu norma, nilai atau agama 
tertentu. Pelanggaran terhadap sikap ini bisa dicap sebagai manusia 
tidak bermoral. Etiket lebih bersifat lahiriah sedangkan etika batiniah.
Sebagai contoh, seorang direktur di 
sebuah perusahaan disebut manusia yang mempunyai etiket. Ini karena ia 
adalah orang yang disiplin, rapih dalam berpakaian, selalu mengerjakan 
tugasnya dengan baik, berbicara sopan, senyum menghias mukanya dan 
selalu menjaga hubungan baik dengan klien. Walaupun begitu ternyata ia 
adalah manusia yang dinilai tidak ber-etika. Dalam menjalankan bisnis ia
 selalu berbuat curang dengan melakukan penyuapan di berbagai tender, ia
 juga melakukan tindakan nepotisme di kantornya dan terkadang melakukan 
pelecehan terhadap karyawannya.
Begitu pula dengan seorang koruptor, 
mafia kasus, pejabat/birokrat hukum yang menjadi sorotan negatif 
akhir-akhir ini. Lihatlah mereka, berjas rapih, senyam-senyum di depan 
wartawan dan beretorika bagus di pengadilan dan konferensi pers. 
Tentunya sangat gamblang kita menilai bahwa mereka adalah 
manusia-manusia yang tidak punya etika, namun belum tentu mereka tidak 
mempunyai etiket.
Jadi, manusia yang mempunyai etiket belum
 tentu ber-etika, begitu pula sebaliknya. Yang sempurna adalah manakala 
ia ber-etika dan ber-etiket.
C. Etiket Dengan Kolega Atau Teman Sejawat
Dengan kolega atau teman sejawat pun ada 
etiket tersendiri. Dengan demikian, hubungan yang terjalin akan semakin 
baik dan lancar. Berikut adalah etiket dengan kolega atau teman sejawat,
 yaitu:
- Jangan sering meminjam barang milik kawan.
- Hargai profesi kawan.
- Jangan sering ke meja kawan, kecuali sangat penting dan mengenai pekerjaan (jika berada dalam satu perusahaan).
- Hargai prifasi teman.
- Tidak perlu berdiri ketika menerima teman sejawat, kecuali menerima tamu dari luar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah atau materi ini 
adalah etika dan etiket harus diterapkan dalam kehidupan kita, termasuk 
etiket dengan teman sejawat. Dengan adanya etiket dengan teman sejawat, 
maka persahabatan dan kebersamaan akan tetap terjaga dan terjalin dengan
 baik, serta memudahkan kita dalam kerjasama dengan teman sejawat.
 
No comments:
Post a Comment