Sekilas tentang pengembangan mikro organisme lokal (MOL) untuk pertanian
Di kalangan para penggiat pertanian
organik, mikro organisme lokal atau biasa disingkat MOL sudah begitu
familiar dan diterapkan secara luas. Mereka mengaplikasikan MOL untuk
berbagai komoditas usaha taninya. Aplikasi MOL ini bervariasi pada
beberapa petani di beberapa daerah. Vvariasi ini tergantung pada
sumber-sumber / bahan pembuatan MOL yang tersedia, kreatifitas dan
kemampuan petani yang bersangkutan. Itulah sebanya keberhasilan
menerapkan aplikasi resep MOL tertentu pada suatu daerah / lokasi bisa
memberikan hasil yang tidak sama jika diterapkan pada daerah yang lain.
MOL adalah cairan hasil fermentasi yang
mengandung mikroorganisme hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami
yang tersedia disekeliling kita. Bahan-bahan tersebut merupakan
tempat yang disukai oleh mikroorganisme sebagai media untuk hidup dan
berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran
bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi
tanaman. Selain itu MOL dapat juga berperan sebagai pestisida hayati
karena kemampuanya dalam mengendalikan beberapa macam organisme
pengganggu tanaman (OPT). MOL juga diindikasikan mengandung zat
perangsang tumbuh / fitohormon yang berperan dalam memacu pertumbuhan
tanaman seperti hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin.
Keunggulan utama penggunaan MOL ini
adalah murahnya biaya untuk pembuatan MOL ini bahan-bahanya tersedia di
sekitar kita dan bahkan tidak usah membayar alias bisa diperoleh dengan
gratis. Bahan-bahan untuk membuat MOL menurut beberapa praktisi bisa
berasal dari sampah dapur, bonggol pisang, air kelapa, air sisa cucian
beras, nasi busuk, terasi busuk, buah-buahan busuk, urine sapi, keong,
pucuk-pucuk tanaman atau tapai / peyeum bahkan buah maja. Agar MOL yang
dihasilkan memiliki kualitas yang baik maka bahan-bahan MOL paling tidak
harus terdiri dari 3 komponen utama yaitu bahan-bahan sumber
karbohidrat, bahan-bahan sumber bakteri dan bahan-bahan sumber glukosa.
Bahan-bahan sumber karbohidrat antara
lain air sisa cucian beras, singkong, nasi, atau gandum. Biasanya yang
paling banyak dipergunakan oleh para praktisi MOL antara lain air sisa
cucian beras dan nasi (nasi sisa atau nasi busuk). Bahan – bahan sumber
glukosa antara lain air nira, air kelapa, air gula merah atau air gula
pasir. Sedangkan bahan-bahan sumber bakteri yang biasa dipergunakan
antara lain bisa keong sawah, bekicot, kulit buah-buahan atau urine
sapi, urine kambing, kotoran ternak, atau bahan lainya yang diduga
banyak mengandung bakteri yang berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah
seperti rhizobium sp, azospirillum sp, azotobacter sp, pseudomonas sp, bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.
MOL dapat diaplikasikan pada tanaman
sebagai pupuk hayati, sebagai starter / biang pengomposan bahan organik
maupun sebagai bahan pestisida hayati terutama sebagai fungisida
hayati. Namun seperti disebutkan di atas keberhasilnya masih bervariasi
selain itu kandungan mikroorganismenya juga bervariasi dan sampai
sekarang masih belum ada kajian yang menyebutkan apa saja kandungan
mikroorganisme, kandungan unsur hara maupun kandungan ZPT / hormon yang
terdapat pada suatu MOL. Karena resep maupun bahan – bahan pembuat MOL
juga sangat bervariasi sehingga kandungan berbagai mikoroganisme, unsur
hara maupun hormonya juga dimungkinkan bervariasi juga. Namun hal inbi
tidak menjadi masalah bagi kita, yang penting aplikasi MOL ini dapat
memberikan manfaat yang nyata bagi petani dan mengurangi biaya usahatani
serta dapat meningkatkan kemandirian petani kita. Justru kehadiran MOL
ini dapat memperkaya alternatif berbagai teknologi tepat guna yang
dapat diterapkan oleh petani serta dapat merangsang kreativitas dan
inovasi petani.
Menurut Sobirin
seorang praktisi MOL, ada beberapa contoh MOL yang dapat dibuat dari
bahan-bahan yang ada disekitar kita dan aplikasinya, antara lain :
1. MOL buah-buahan untuk membantu malai padi agar berisi
2. MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman
3. MOL bonggol pisang untuk pengurai saat pembuatan kompos
4. MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai padi
5. MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman
6. MOL limbah dapur untuk memperbaiki struktur fisik, biologi, dan kimia tanah
7. MOL protein untuk nutrisi tambahan pada tanaman
8. MOL nimba dan sarawung untuk mencegah penyakit tanaman.
1. MOL buah-buahan untuk membantu malai padi agar berisi
2. MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman
3. MOL bonggol pisang untuk pengurai saat pembuatan kompos
4. MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai padi
5. MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman
6. MOL limbah dapur untuk memperbaiki struktur fisik, biologi, dan kimia tanah
7. MOL protein untuk nutrisi tambahan pada tanaman
8. MOL nimba dan sarawung untuk mencegah penyakit tanaman.
Salah satu MOl yang sudah dikembangkan
secara luas adalah MOL bonggol pisang, disebut sebagai MOL bonggol
pisang karena bahan dasarnya adalah bonggol (batang bawah) pohon
pisang. MOL bonggol pisang ini menurut para praktisi dikembangkan
pertama kali oleh Alik Sutaryat salah seorang pengembang pertanian
organik dan padi SR (System of Rice Intensifications) di Indoesia.
Bahan untuk pembuatan MOL bonggol pisang
ini adalah bonggol pisang kurang lebih 5 kg, gula merah 1/2 kg sampai 1
kg dan air cucian beras 10 liter. Cara pembuatan sangat mudah dan
dilakukan oleh siapa saja, bonggol pisang ditumbuk atau dihaluskan
kemudian dimasukkan bersama air cuian beras dan masukkan gula merah
sambil diaduk rata. Setelah tercampur rata simpan larutan dalam drum
atau tong plastik. Tutup dengan plastik yang rapat, beri lubang udara
dengan cara memasukkan slang plasti yang dihubungkan dengan botol yang
sudah terisi air. Ujung slang plastik harus terendam dalam air
(fermentasi anaerob) dan dibiarkan selama 15 hari.
MOL bonggol pisang ini dapat
dipergunakan untuk starter pengomposan maupunaplikasi pada tanaman.
Untuk pengomposan dapat digunakan sebagai decomposer dengan konsentrasi 1
: 5 (1 liter cairan MOL dicampur dengan 5 liter air tawar), tambahkan
gula merah 1 ons, aduk hingga rata, siramkan pada proses pembuatan
kompos. Sedangkan untuk aplikasi pada tanaman dengan cara disemprotkan
pada berbagai jenis tanaman dengan konsentrasi 400 cc dicampur dengan 14
liter air tawar. Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga
generatif pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40. Semprotkan pada
pagi atau sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.
Untuk MOL – MOL yang lain sudah banyak
dikembangkan oleh para praktisi maupun pengembang dengan memanfaatkan
berbagai macam bahan alami yang tersedia. MOL – MOL ini perlu dikaji
dan dikembangkan lebih lanjut sehingga manfaatnya bagi tanaman dapat
dioptimalkan yang lebbih lanjut dapat meningkatkan kesejahteraan petani
kita.
Salah satunya anda dapat melihat berbagai macam MOL yang
sudah dicoba dikembangkan antara lain oleh Pak Sobirin, sorang praktisi
yahg tinggal di Bandung. Anda dapat berkunjung ke blognya Pak Sobirin
dengan alamat di http:clearwaste.blogspot.com.
Beliau mengembangkan berbagai macam MOL dengan bahan-bahan alami yang
tersedia di sekitar kita, mulai dari sisa dapur sampai tapai singkong
dan terasi busuk. Murah dan bermanfaat. Mudah-mudahan dapat menjadi
sumber inspirasi bagi anda.
No comments:
Post a Comment