BAB.
I
PENGERTIAN
ETIKA BISNIS
Pengertian
Etika Bisnis
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis
adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan
mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar
moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis
(Velasquez, 2005).
Pengertian
Etika Berdasarkan Bahasa
Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata
ethikos yang berarti "timbul dari kebiasaan". Etika adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep
etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi
penggunaan nilai-nilai etika) (id.wikipedia.org).
Etika
bisnis memiliki padanan kata yang bervariasi, yaitu (Bertens, 2000):
1.
Bahasa Belanda à bedrijfsethiek (etika perusahaan).
2.
Bahasa Jerman à Unternehmensethik (etika usaha).
3.
Bahasa Inggris à corporate ethics (etika korporasi).
Analisis
Arti Etika
Untuk
menganalisis arti-arti etika, dibedakan menjadi dua jenis etika (Bertens,
2000):
1.
Etika sebagai Praktis
a.
Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak
dipraktekkan walaupun seharusnya dipraktekkan.
b.
Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.
2.
Etika sebagai Refleksi
a.
Pemikiran moral à berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa
yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
b.
Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai
objeknya.
c.
Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang.
d.
Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah.
Perkembangan
Etika Bisnis
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan
bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada
kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur
oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan
bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di
Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan
tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
§ Utilitarian
Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena
itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak
membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
§ Individual
Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak
orang lain.
§ Justice
Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak
adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan
ataupun secara kelompok.
Etika bisnis dalam perusahaan
memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang
kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan
nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis ,
organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya
perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika
bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang, karena :
Mampu
mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
Mampu
meningkatkan motivasi pekerja.
Melindungi
prinsip kebebasan berniaga
Mampu
meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang
dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan
masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini
akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi
pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis,
misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier.
Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah
aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam
kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis
harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
1. Menuangkan
etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2. Memperkuat
sistem pengawasan
3. Menyelenggarakan
pelatihan (training) untuk karyawan secara terus mener
Berikut
perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1.
Situasi Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan
manusia bersama dalam negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa Peralihan: tahun 1960-an
Ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas
di Amerika Serikat (AS), revolusi mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan
terhadap establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia
pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam
kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering dibahas
adalah corporate social responsibility.
3.
Etika Bisnis Lahir di AS: tahun 1970-an
Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan
masalah-masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu
tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di AS.
4.
Etika Bisnis Meluas ke Eropa: tahun 1980-an
Di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai
berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat forum pertemuan antara
akademisi dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business
Ethics Network (EBEN).
5.
Etika Bisnis menjadi Fenomena Global: tahun 1990-an
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis
sudah dikembangkan di seluruh dunia. Telah didirikan International Society for
Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1.
Pengendalian diri
2.
Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3.
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4.
Menciptakan persaingan yang sehat
5.
Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6.
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7.
Mampu menyatakan yang benar itu benar
8.
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9.
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10.
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11.
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan
Ada 3 jenis masalah yang dihadapi dalam Etika yaitu
1.
Sistematik
Masalah-masalah sistematik dalam etika bisnis
pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum,
dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.
2.
Korporasi
Permasalahan korporasi dalam perusahaan bisnis
adalah pertanyaan-pertanyaan yang dalam perusahaan-perusahaan tertentu.
Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan,
praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3.
Individu
Permasalahan
individual dalam etika bisnis adalah pertanyaan yang muncul seputar individu
tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentang moralitas
keputusan, tindakan dan karakter individual.
BAB.
II
PENDEKATAN
DASAR DALAM TINGKAH LAKU ETIKA BISNIS
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di
Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam
merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :
1.
Utilitarian Approach
Setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu seseorang harus mengikuti cara-cara yang dapat
memberi manfaat sebesar-besarnya.
2.
Individual Right Approach
Setiap orang dalam tindakan kelakuannya memiliki hak
dasar yang harus dihormati. Namun tindakan atau tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila akan menyebabkan benturan dengan pihak lain
3.
Justice Approach
Pembuat keputusan mempunyai hak sama dan bertindak
adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran
penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi.
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem
prosedur yang transparan. Haruslah kita yakin bahwa praktek etika bisnis akan
selalu menguntungkan perusahaan baik jangka menengah maupun jangka panjang.Tanggung
Jawab Sosial Dan Etika Bisnis
Tanggung jawab perusahaan adalah tindakandan
kebijakan perusahaan dalam berinteraksi yang didasarkan pada etika. secara umum
etika dipahami sebagai aturan tentang prinsip dan nilai moral yang mengarahkan
perilaku sesorang atau kelompok masyarakat mengenai baik atau buruk dalam
pengambilan keputusan. Menurut Jones, etika berkaitan dengan nilai-nilai
internal yang merupakan bagia dari budaya perusahaan dan membentuk keputusan
yang berhubungan dengan tanggung jawab social.
Terdapat
3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab social:
1.
pendekatan moral yaitu tindakan yang didasrkanpada prinsip kesatuan
2.
pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakanmoral harus didasarkan pada
standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang bertanggung jawab
3.
kebijakan bermanfaat adalh tanggup jawab social yang didasarkan pada nilai apa
yang dilakukan perusahaan menghasilakn manfaat besar bagi pihak berkepentuingan
secara adil.
Sukses tidaknya program tanggung jawab perusahaan
sangat bergantung pada kesepakatan pihak-pihak berkepentingan. Pihak-pihak yang
berkepentingna yang terllibat dalam proses produksi tindakannya disatu sisi
dapat mendukung kinerja perusahaan tapi dissis lain dapat menjadi penggangu
karena setip pihak mempunyai criteria tanggung jawab yang berbeda ytang
disebabkan kepentingan yang berbeda pula.
Mengelola
reaksi terhadap tunrtutan sosial
Dalam kaitan ini, para ilmuan administrasi,
menejemen dan organisasi telah mengembangkan sebuah medel respon yang dapat
dipilih perusahaan ketika mereka menghadapi sebuah masalah social.model – model
tersebut adalah : obstruktif, defensive,akomodatif, dan proaktif.
Model obstruktif adlah respon terhadap tuntutan
masyarakat dimana organisasi menolak tanggung jawab, menolak keabsahan dari
bukti – bukti pelanggaran, dan munculkan upaya untuk merintanggi penyelidikan.
Model defensif adalah bentuk respon teerhadap
tuntutan masyarakat dimana perusahaan mengakui kesalahan yang berkaitan dengan
ketelanjuran atau kelalaian tetapi tidak bertindak obstrutif.
Model akomodatif adalah bentuk respon terhadap
masyarakat dimana perusahaan melaksanakan atau memberi tanggung jawab social
atau tindakannya selaras denga kepentingan public
Model Proaktif adaloah respon terhadap respon
terhadap permintaan social diama organisasi berbeda, melalui uoaya mempelajari
tnaggung jawabnya kepada masyararakat dan mealkukan tindakan yang diperlukan
tanpa tekana dari mereka.
Sedangkan respondefensif perusahaan cenderung pada
aturan yang berlaku, sedangkan respon proaktif menggunakan konsep diskresioner
sebagai bahan pertimbangan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Budaya, social, tanggung jawab dan citra. Budaya
organisasi adalah seperangkatasumsi yamg dibangu dan dianut bersama sebagai
moral organisasi beradaptasi denag proses integrasi internal. Budaya organisasi
merupakan bauran dari elemen-elemen filosofi, nilai-nilai, norma, keyakian ,ide
dan mitos yang terintgrasi untk menentukan cara kerja dan perilaku
organisasional.
Tanggung jawab social dapat dilakukan rutin dan
nonruti. Kegiatan rutinberbentuk partisipasi pada kegiatan masyarakat secara
khusus terprogram dan dilaksanakan terus menerus, sedangka kegiatan nonrutin
dilaksanakan pada kondisi terentu yang memungkinkan perusahaan mempunyai
kemampuan dan kapasitas untuk berpartisipasi.
Etika bisnis merupakan standard perilaku nilai-nilai
moral yang mengendalikan kebijakan bisnis. Bisnis adalah fenomena social yang
secarauniversal harus berpijak pada tata nilai yang berkembang di masyarakat yang
mencakup:
1.
peraturan peraturan yang dikembangkan oleh pemerintah atau asosiai yang
berkaitan dengan jenis kegiatan bisnis atau niali yang dibangun oleh perusahaan
2.
kaidah-kaidah sosio cultural yang berkembang dimasyarakat
dalam
masalah kebijakan etis, organisasi akan mengalami pilihan sulit. Untuk
kepentingan tsb banyak organisasi memafaatkan pendekatan normative yaitu
pendekatan yanmg didasarkan pada norma dan nilai yang berkembang dimasayarakat
untuk mengarahkan pengambilankeputusan. Terdapat 5 pendekatan yang relvan
bagi orgaisasi.
1.
Pendekatan individualisme
2.
pendekatan moral
3.
pendekatan manfaat
4.
pendekatan keadilan
5.
pendekatan sosio cultural
Dalam kegiatan pemasaran etika memicu munculnya
konsep pemasaran berwawasan social. Membangun etika bisnis tindakan etis
mencerminkan perilaku perusahaan dan membangu citra terdapat 3 dasar
dalammembangun bisni yaitu: kesadara dan pertimbangan etis, pemikiran etis dan
tindakan etis.
BAB. III
PRINSIP-PRINSIP
ETIKA BISNIS
Prinsip-Prinsip
Etika Bisnis
Etika bisnis memiliki
prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan untuk mencapai
tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang mencegah
timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau
operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika
bisnis sebagai berikut:
§ Prinsip
otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara
bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya
dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus
diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada
kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
§ Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling
mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada
semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran
ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan
kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
§ Prinsip tidak berniat jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan
prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam
niat jahat perusahaan itu.
§ Prinsip
keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada
pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada
karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan
lain-lain.
§ Prinsip
hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan
tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.
Etika bisnis sesungguhnya tak rumit. Pegangannya
adalah jika peraturan atau etika sudah disahkan undang-undang atau peraturan
tertulis, maka pelanggarannya berarti melanggar hokum. Jika etika berkaitan
dengan norma masyarakat, maka tolak ukurnya adalah diri sendiri. Artinya kalau
anda merasakan apa yang anda lakukan akan menyakiti orang lain, maka sebaiknya
anda jangan melakukan hal tersebut.
Namun, dalam etika bisnis ada prinsip-prinsip yang
dinilai Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting,
seharusnya jangan dilanggar, yaitu :
Kejujuran
Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu demi mendapat
keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci
keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah
persaingan bisnis.
Keadilan
- Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada karyawan
sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan mendapatkan
keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan
tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
Rendah
Hati - Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam mempromosikan
produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk bersaing,
entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan
untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak
sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar
terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
Simpatik
- Kelola emosi. Tampilkan wajah ramahdan simpatik. Bukan hanya di depan klien
atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang mendukung bisnis
anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.
Kecerdasan
- Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan
keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu
mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang
mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.
Lakukan
dengan cara yang baik, lebih baik atau dipandang baik Sebagai pebisnis, anda
jangan mematok diri pada aturan-aturan yang berlaku. Perhatikan juga norma,
budaya atau agama di tempat anda membuka bisnis. Suatu cara yang dianggap baik
di suatu Negara atau daerah, belum tentu cocok dan sesuai untuk di terapkan di
Negara atau daerah lain. Hal ini penting kalau ingin usaha berjalan tanpa ada
gangguan.
Budaya
korporatif, Etika Bisnis dan Corporate Sosial Responsibilities
Masyarakat
kita belum punya Budaya Korporatif Judul tersebut ada dalam artikel Kompas
tanggal 26 Februari 2005 hal.10, yang sebagian artikelnya saya tulis ulang
disini:
”
Berbeda dengan masyarakat di negara-negara Barat, masyarakat Indonesia hingga
saat ini masih belum berbudaya korporatif. Indonesia masih terperangkap oleh
tradisi, sehingga tidak mudah untuk melakukan perubahan. Padahal budaya
korporatif akan mempengaruhi cara kerja. Demikian dikemukakan oleh ekonom
Rhenald Khasali saat memberikan orasi ilmiah berjudul Building Institution’s
Character with Strong Culture, dalam rangka peringatan Dies Natalies ke 55
Universitas Indonesia di Jkarta, Kamis 24 Februari 2005.”
Corporatism di Barat sudah berjalan, dan menganggap
sebuah institusi berbadan hukum sendiri. Tidak demikian masyarakat kita. Banyak
PT di Indonesia yang sebenarnya bukan PT, melainkan warung. Untung ruginya
tidak jelas, kata Rhenald.
Menurut Rhenald, suatu organisasi bisa bertahan
panjang bukan dibentuk oleh manajemen yang hebat, tidak juga oleh orang-orang
yang hebat, ataupun sistem, melainkan dibangun oleh kekuatan nilai-nilai
(values). Corporate culture selalu menekankan bottom up, menggali segala
sesuatu mulai dari bawah, bukan dari atas ke bawah. Dengan demikian, semua
orang harus ditanya apa yang sebenarnya mereka inginkan. Corporate culture itu
seperti bongkahan es, yang tampak hanyalah yang di atas berupa simbol-simbol
seperti logo, cara berpakaian. Padahal yang harus dibangun adalah yang di
bawah, yang tidak kelihatan, yaitu nilai-nilai baru. Manusia itu berkomunikasi
secara simbolik, simbol sebagai identitas, Rhenald menambahkan.
Budaya Kerja Korporasi
Budaya kerja korporasi adalah keseluruhan
kepercayaan (beliefs) dan nilai-nilai (values) yang tumbuh dan berkembang dalam
suatu organisasi, menjadi dasar cara berpikir, berperilaku dan bertindak dari
seluruh insan organisasi, dan diturunkan dari satu generasi ke generasi.
Budaya kerja dapat di daya gunakan sebagai daya
dorong yang efektif dalam mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi
organisasi.
Budaya
kerja yang efektif dapat:
§ Menyatukan
cara berpikir, berperilaku dan bertindak seluruh insan organisasi/korporasi
§ Mempermudah penetapan dan implementasi Visi,
Misi dan Strategi dalam korporasi
§ Memperkuat kerjasama tim dalam korporasi,
menghilangkan friksi-friksi internal yang timbul
§ Memperkuat ketahanan dalam menghadapi
tekanan-tekanan eksternal.
Dari definisi di atas terlihat
betapa budaya kerja memegang peranan penting dalam ketahanan suatu organisasi.
Keluarga adalah perusahaan yang terkecil, disitu ada ayah, ibu dan anak-anak.
Cara penyelenggaraan rumah tangga yang satu dan yang lain akan berbeda, karena
sifat-sifat penghuninya yang berbeda. Tetapi ada beberapa hal yang sama antara
keluarga satu dan lainnya, karena ibaratnya hidup dalam satu lingkungan, maka
untuk membuat lingkungan aman dan nyaman, ada peraturan-peraturan yang harus
dipahami dan dipatuhi oleh anggota lingkungan tersebut. Peraturan ini dibuat
oleh orang-orang atau keluarga dilingkungan tersebut, sehingga peraturan
tersebut akan ditaati tanpa beban, bahkan anggota lingkungan merasa nyaman
karena ada peraturan tersebut, sehingga masing-masing tahu ” apa yang boleh dan
yang tidak boleh untuk dilakukan”.
Sekarang bagaimana membentuk budaya kerja
korporatif? Di dalam budaya korporatif, peran pemimpin sangat penting, antara
lain, sebagai: 1) First Adapter, penerima dan pelaksana pertama dari budaya
kerja, 2) Motivator, untuk mendorong insan organisasi/korporasi melaksanakan
budaya kerja secara konsisten dan konsekuen, 3) Role Model, teladan bagi insan
korporasi terhadap pelaksanaan Budaya Kerja, dan 4) Pencetus dan pengelola
strategi, dan program budaya kerja sesuai kebutuhan korporasi.
Dari ulasan di atas, terlihat bahwa pembentukan
budaya korporatif yang baik, yang paling menentukan adalah orang-orangnya.
Sebaik apapun aturan atau sistem di buat, tanpa ada keinginan dari manusia
untuk berubah ke arah yang lebih baik, semuanya menjadi tak berarti.
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam
bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai
manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat terkait dengan sistem nilai yang
dianut oleh masing-masing masyarakat.
Sonny
Keraf (1998) menjelaskan, bahwa prinsip etika bisnis sebagai berikut;
Prinsip otonomi; adalah sikap dan kemampuan
manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Prinsip kejujuran. Terdapat tiga lingkup
kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa
bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama,
jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran
dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga,
jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
Prinsip keadilan; menuntut agar setiap
orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai
kriteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
Prinsip saling menguntungkan (mutual
benefit principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
Prinsip integritas moral; terutama dihayati
sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu
menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan/orang-orangnya
maupun perusahaannya.
Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis
ini agar benar-benar dapat operasional? Sonny juga menjelaskan, bahwa
sesungguhnya banyak perusahaan besar telah mengambil langkah yang tepat kearah
penerapan prinsip-prinsip etika bisnis ini, kendati prinsip yang dianut bisa
beragam. Pertama-tama membangun apa yang dikenal sebagai budaya perusahaan
(corporate culture).
Budaya perusahaan ini mula pertama dibangun atas
dasar Visi atau filsafat bisnis pendiri suatu perusahaan sebagai penghayatan
pribadi orang tersebut mengenai bisnis yang baik. Visi ini kemudian
diberlakukan bagi perusahaannya, yang berarti Visi ini kemudian menjadi sikap
dan perilaku organisasi dari perusahaan tersebut baik keluar maupun kedalam.
Maka terbangunlah sebuah etos bisnis, sebuah kebiasaan yang ditanamkan kepada
semua karyawan sejak diterima masuk dalam perusahaan maupun secara terus
menerus dievaluasi dalam konteks penyegaran di perusahaan tersebut. Etos inilah
yang menjadi jiwa yang menyatukan sekaligus juga menyemangati seluruh karyawan
untuk bersikap dan berpola perilaku yang kurang lebih sama berdasarkan prinsip
yang dianut perusahaan.
Berkembang tidaknya sebuah etos bisnis ditentukan
oleh gaya kepemimpinan dalam perusahaan tersebut.
Tanggung
jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial dan keterlibatan perusahaan
dalam berbagai kegiatan sosial merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi
perkembangan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Keterlibatan
sosial perusahaan di masyarakat akan menciptakan suatu citra yang sangat
positif. Biaya sosial yang dikeluarkan dianggap sebagai investasi jangka
panjang. Kelestarian lingkungan, perbaikan prasarana umum, penyuluhan,
pelatihan, dan perbaikan kesehatan lingkungan walaupun memerlukan biaya yang
signifikan, namun secara jangka panjang sangat menguntungkan perusahaan, karena
kegiatan tersebut menciptakan iklim sosial politik yang kondusif bagi
kelangsungan bisnis perusahaan tersebut.
Dapat kita lihat, pada saat libur merayakan Hari
Idul Fitri, beberapa perusahaan memberikan fasilitas mudik gratis bagi
masyarakat yang terkait langsung dengan perusahaan, contoh; Bank dengan
nasabahnya, perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan bakul jamunya
dan lain-lain.
Bagi situasi dunia yang semakin global sekarang ini,
masing-masing pihak saling tergantung, serta tidak ada lagi perusahaan yang
tertutup atau tidak mau melakukan perbaikan-perbaikan untuk kemajuan.
Perusahaan yang masih tidak mengindahkan hal-hal semacam ini, cepat atau lambat
akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya.
BAB.
IV
PENYEBAB
PEBISNIS TIDAK BERETIKA DALAM BERBISNIS
MENGAPA
PEBISNIS MELAKUKAN TINDAKAN BISNIS TAK BERETIKA
1. Orang akan berbuat apa saja yang dirasakan
paling leluasa untuk dilakukan: Ketika dihadapkan pada dilema etika berarti
berhadapan dengan pilihan yang tidak selalu menyenangkan dihubungkan dengan
prinsip atau praktik moralitas; Lalu apa yang akan dibuat dan dapatkah
melakukan hal yang benar?
2. Orang
akan berbuat apa saja demi suatu kemenangan: Pada dasarnya, setiap manusia
tidak suka jika “kalah” &
“dikalahkan”.
- Untuk Pebisnis, kemenangan adalah prestasi, kesuksesan, dan kemenangan adalah rupiah atau $$$$.
- Mereka percaya bahwa mengikuti etika secara absolut (100%) akan membatasi peluang sukses dan meraih kemenangan dalam persaingan bisnis. Karena itu banyak Pebisnis (terpaksa) menghalalkan segala cara (suap, sogok, kolusi) dalam memenangkan suatu tender proyek.
3. Orang
akan selalu merasionalisasikan pilihan-pilihan bertindak menurut paham relatif
terutama ketika menghadapi situasi dimana makna “benar” dinafikan berbeda oleh
pihak lain.
- Dan ini terkait dengan iklim bisnis di suatu masyarakat atau negara. Jika praktik suap, korupsi masih menjadi “dewa” dalam menggoalkan suatu bisnis (proyek, tender, dll) maka secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku Pebisnis.
- Disini akan berlaku prinsip take it or leave it. Repotnya masih lebih banyak orang yang bersedia memilih take it dengan mengorbankan prinsip moral dan etika.
John Rodes menggambarkan mereka sebagai orang yang
tidak alamiah, yang bahkan disamakan dengan monster yang sangat kejam dan tidak
memiliki tanggungajwab sosial. Konsep Tanggungjawab Sosial (Social
responsibility) & Etika
Bisnis (Business Ethics) acapkali
dianggap serupa.
- Gerakan tanggungjawab sosial adalah sebenarnya merupakan salahsatu aspek dari keseluruhan Etika Bisnis.
- Gerakan Tanggungjawab Sosial secara prinsipal bangkit pada tahun 60-an yang meningkatkan kesadaran publik tentang peran bisnis dalam membantu membudayakan dan memelihara praktik etika bisnis di masyarakat dan khususnya dalam lingkungan alam.
BAB.V
PERAN DAN
MANFAAT ETIKA BISNIS
- Seorang manusia akan menyelaraskan segala tindak-tanduk dan tingkahlaku menurut etika yang berlaku di lingkup dia bertempat tinggal dan atau bekerja.
- Tidak ada satupun manusia yang dapat hidup sebebas-bebasnya karena manusia hidup dalam suatu konstelasi tingkahlaku standar, religi, norma, nilai moralitas, dan hukum yang mengatur bagaimana seseorang harus bertindak dan mengendalikan semangat kebebasan (freedom) serta tunduk terhadap etika yang disepakati secara luas.
Standar
moral yang dikenakan atas orang per orang dianggap menghalangi kebebasan
individu (Lukes, 1973). Menurut paham sosialis,
kebebasan dianggap sebagai pemerataan pembagian kekuasaan dan tentunya
juga kebebasan. Istilahnya, kebebasan tanpa kesetaraan adalah serupa dengan
penjajahan oleh mereka yang berkuasa.
- Etika memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena seseorang tidak mungkin hidup sendiri dan menetapkan mana yang benar dan tidak benar, mana yang baik dan tidak baik menurut kata hati sendiri.
- Sebagai bagian dari suatu keluarga dan masyarakat maka seseorang akan tunduk pada aturan, nilai dan norma yang telah disepakati oleh keluarga dan masyarakat dimana dia bertempat tinggal.
- Dan kesepakatan ini akan berlangsung lama dan menjadi komitmen bersama untuk ditindaklanjuti dalam ujud tingkahlaku, tindak-tanduk dan cara bergaul sesama manusia, di lingkup keluarga dan di masyarakat, yang diwariskan dari generasi ke generasi.
- Dengan kata lain, etika mencakup segala aspek tindakan kehidupan manusia, baik yang bersifat deskriftif maupun normatif.
- Peran dan kemanfaatan etika dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat menjadi sangat penting dalam mengatur kehidupan sesorang, keluarga, masyarakat & bahkan suatu negara dimana orang, keluarga, dan masyarakat berada di dalamnya.
- Mengapa demikian?
- Karena dalam suatu negara, walau sudah ada hukum yang mengatur tentang baik-buruk, salah-benar tindakan yang dilakukan oleh warganya, ternyata etika tetap diperlukan.
- Pertanyaannya adalah mengapa?
- Alasannya adalah karena norma hukum (1) tidak selalu dapat menjangkau wilayah abu-abu, yang dapat dilihat hanyalah wilayah hitam-putih (2) tidak selalu cepat-tanggap terhadap perubahan zaman, sehingga sering terdapat kesenjangan hukum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang perseorangan atau kelompok tertentu dan sebaliknya merugikan pihak lain, (3) sering tidak mampu mendeteksi dampak di kemudian hari dilihat dari moral-etis.
- Etika pada dasarnya mengajak orang untuk bersikap kritis dan rasional di dalam melakukan suatu keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan sehingga tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku tetapi juga tidak mengorbankan kepentingan orang per orang dalam tatanan masyarakat luas. Dengan demikian ketenangan dan harmonisasi di dalam suatu keluarga, masyarakat dan negara juga akan terjaga (Hubeis, 2008).
- Paham kebenaran dan kebaikan suatu etika sering berbentrokan dengan paham kebebasan yang dalam konteks global acap disebut paham individualisme dan liberalisme atau paham separatisme atau paham ........isme. .
No comments:
Post a Comment