Monday, June 4, 2012

Labu Kuning (Cucurbitae Moschata)

Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata Durch.), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai pumpkin, termasuk komoditas pangan yang telah banyak dikenal masyarakat. Olahan berupa kolak waluh sangat manis dan memiliki warna kuning orange sehingga menarik untuk dinikmati di samping rasa dan penampilannya yang menarik, labu kuning merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat dan daging buahnyapun mengandung antioksidan yang bermanfaat sebagai anti kanker.
Umumnya labu kuning diolah menjadi kolak ataupun sayur, di samping untuk pembuatan kue tradisional, karena bahan pangan lokal tersebut memiliki potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik, dan belum termanfaatkan secara optimum. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan pengetahuan masyarakat akan manfaat komoditas pangan tersebut.
Sesuai namanya, labu kuning mempunyai warna kuning atau jingga akibat kandungan karotenoidnya yang sangat tinggi, di samping kaya akan karoten (salah satu jenis karotenoid). Karoten (betakaroten) merupakan sumber vitamin A. Di dalam tubuh karoten diubah menjadi vitamin A yang penting untuk tubuh terutama pada masa pertumbuhan.
Labu kuning yang kaya betakaroten dapat menjadi bahan biofortifikasi pada produk pangan olahan. Fortifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan labu kuning segar yang ditambahkan pada pembuatan roti, es krim dan produk pangan lain yang disukai anak-anak. Fortifikasi juga dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengolah labu kuning menjadi tepung yang selanjutnya diaplikasikan pada pengolahan pangan. Produk olahan yang ditambah dengan tepung labu kuning mempunyai warna dan rasa yang spesifik, sehingga diharapkan Iebih disukai anak-anak.
1.2  Perumusan Masalah
Tepung merupakan alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), dibentuk, diperkaya zat gizi, dan Iebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis. Dari segi proses, pembuatan tepung hanya membutuhkan air relatif sedikit dan ramah Iingkungan dibandingkan dengan pembuatan pati.
Menurut Prof. Dr. Made Astawan, Dosen di Departemen Teknologi Pangan dan Gizi IPB, tahapan pembuatan tepung dari buah labu kuning sebagai berikut: Labu kuning harus dipilih yang mengkal, yaitu buah sudah tua tetapi belum masak optimum. Buah dipanen kira-kira 5-10 hari Iebih awal dari umur panen semestinya. Buah yang masak optimum tidak sesuai dibuat tepung karena kadar airnya tinggi, daging buahnya lembek, serta kadar patinya rendah. Setelah dikupas kulitnya, labu dibelah-belah dan dilakukan pemblansiran, yaitu perlakuan dengan uap panas selama 5-10 menit. Dalam skala rumah tangga, tahapan ini dapat dilakukan seperti mengukus nasi tetapi tidak perlu ditutup. Selanjutnya labu dirajang dengan ketebalan 0,1-0,3 cm yang hasilnya dinamakan sawut. Sawut dikeringkan sampai diperoleh kadar air sekitar 14 persen, selanjutnya ditepungkan Agar Iebih efisien, penepungan sawut dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penghancuran sawut untuk menghasilkan butiran kecil (lolos 20 mesh) dan penggilingan/penepungan menggunakan saringan Iebih halus (80 mesh).
Hasil penelitian Departemen Food Science, Rajamangkala University of Technology, Thailand, tepung labu kuning juga dapat dibuat dengan cara sebagai berikut, yakni labu kuning matang dipotong dengan ukuran 2 x 3 inch dikupas dan direndam dalam larutan asam sitrat 0,1% selama 15 menit dan ditiriskan. Selanjutnya potongan labu kuning dihancurkan dan cairannya dipisahkan. Bubur labu kuning yang diperoleh dikeringkan pada suhu 65° selama 8 jam lalu digiling dan diayak dengan ayakan 80 mesh.
Tepung labu kuning yang dihasilkan mengandung karbohidrat 78,77%; protein 3,74%; lemak 1,34%; serat kasar 2,90%; betakaroten 7,29 mg/100 g. Dengan kandungan gizi yang dimilikinya, terutama betakaroten (provitamin A) nya yang tinggi, tepung labu kuning baik digunakan untuk bahan fortifikasi pangan terutama makanan anak-anak sehingga dapat meningkatkan nilai gizinya.
1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari deskripsi, kandungan, khasiat hingga budidaya labu kuning sebagai salah satu sektor perkebunan yang bernilai komersil.
1.4   Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini berdasarkan tinjauan dan situs internet resmi yang telah diakses oleh penulis.
Bab II
Pembahasan
2.1  Aspek Botani
Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.)
Tanaman Cucurbita moschata Durch. ini memiliki beberapa nama daerah, yaitu Labu parang ( Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa Tengah).
a.      Klasifikasi Tanaman
Divisi              : Spermatophyta
Sub divisi       : Angiospermae
Kelas              : Dicotyledonae
Ordo               : Cucurbitales
Familia           : Cucurbitaceae
Genus             : Cucurbita
Spesies           : Cucurbita moschata Durch (Hutapea, J.R, et al., 1994)
b.      Ciri Morfologi
Tanaman labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia Bouche, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata Duchenes, dan Cucurbita pipo L. Kelima spesies cucurbita tersebut di Indonesia disebut labu kuning (waluh), karena mempunyai ciri-ciri yang hampir sama.
Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari. Seperti daun tumbuhan pada umumnnya, warna daun labu adalah hijau, tapi pada daun labu pada pemukaaannya kasar. Labu tumbuh merambat atau menjalar dengan kait pada batangnya dan jarang berkayu. Kait pada batang labu berbentuk melingkar seperti spiral. Batang tumbuhan ini berwarna hijau muda dan berbulu halus serta berakar lekat. Panjang batangnya mencapai lebih dari 5 meter.
Daun tanaman labu merupakan daun tunggal yang memiliki pertulangan daun majemuk menjari. Daunnya menyebar di sepanjang batang. Bentuk daunnya menyerupai jantung dan bertangkai.
Buah labu mempunyai bentuk yang bervariasi mulai dari pipih, lonjong ataupun panjang dengan alur yang berjumlah antara 15 hingga 30 alur. Buah yang masih muda berwarna hijau dan menjadi kuning kecoklatan ketika tua.
Labu umumnya memiliki banyak biji yang berbentuk pipih, bundar telur, sampai bundar memanjang. Bagian ujung membulat, sedangkan bagian pangkal meruncing. Permukaan biji buram, licin. Biji terdapat bagian tegah-tengah buah.
c.       Ciri Fisiologi
Cucurbita moschata Durch. termasuk tumbuhan C3, karena fiksasi karbon organik pertama ialah senyawa berkarbon tiga, 3-fofogliserat. Tumbuhan C3 yaitu tumbuhan yang fiksasi karbon awal terjadi melalui rubisco, enzim siklus Calvin yang menambahkan CO2  pada ribulosa bifosfat. Tumbuhan ini memproduksi sedikit makanan apabila stomata tertutup pada hari yang panas dan kering.
d.      Ciri Mikroskopik
                          
Bagian yang diamati pada mikroskop adalah rambut halus pada permukaan daun. Pembesaran yang digunakan 10 x 40. Bagian tersebut memperlihatkan adanya sel-sel yang berbentuk jarum atau lebih dikenal dengan trikoma jarum. Pada penampang melintang biji, tampak kulit biji, terdiri dari lapisan kutikula tebal, jernih, di bawahnya terdapat lapian sel berbentuk silindris berupa jaringan palisade dengan dinding berkelok-kelok dan parenkim termampat, di bawahnya terdapat lapisan sel batu, lumen jelas dan tersusun tegak, jaringan berikutnya terdiri dari sel parenkim yang bentuknya tidak beraturan, dinding sel tebal, warna jernih.
Keping biji terdiri dari epidermis keping biji berbentuk segi empat memanjang, parenkim keping biji berdinding tebal berisi aleuron dan minyak.
Serbuk warna putih kecoklatan. Fragmen pengenal adalah fragmen kulit biji serupa jaringan palisade, sel batu parenkim, parenkim keping biji dan tetes minyak dan butir aleuron.
e.       Kegunaan Dan Cara Pemakaian
Bagian yang digunakannya adalah buah.Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung antioksidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, diare, dan diabetes mellitus.
Cara membuat labu kuning, yaitu 60 gram labu parang (labu kuning) dan 1 buah pare diiris-iris menurut selera lalu dimasak dengan cara ditumis atau masakan lain sesuai selera, kemudian dimakan. Sedangkan, pemakaian konsumsi dua kali sehari.
Catatan : Terlalu banyak atau lama minum jus labu dapat menyebabkan kulit menjadi kekuningan. Jika hal itu terjadi, hentikan dulu sampai kulit normal. Kemudian, dilanjutkan kembali.
f.       Aktivitas Farmakologi
Rasa buah labu agak pahit, sedikit pedas dan sejuk. Berkhasiat melancarkan darah, vital energi, dan menghilangkan sumbatan, kolagogum, peluruh haid, anti radang, peluruh kentut, antibakteri, pengelat (astringent). Senyawa kurkumin berkhasiat sebagai kolagoga, yaitu meningkatkan sekresi cairan empedu yang berperan dalam pemecahan lemak dan memperlancar pengeluaran ke usus, sehingga dapat menurunkan kadar lemak darah yang tinggi. Labu kuning juga bisa menjadi obat bagi pria yang mengalami disfungsi ereksi atau impoten, serta meningkatkan gairah pada pria normal. Dalam penelitian tersebut, peneliti mempelajari beberapa partisipan usia 18 hingga 64 tahun dengan menggunakan 40 macam aroma yang dapat meningkatkan gairah seksualnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa aroma pie labu kuning yang paling membuat pria bergairah. Para wanita tak perlu menggunakan parfum, dengan menyediakan pie labu kuning sudah cukup untuk membuat pria bergairah, Menurut Dr Hirsch, aroma tertentu dapat meningkatkan aliran darah ke penis pria. Dan kombinasi antara lavender dan pie labu kuning adalah aroma terbaik. “Kombinasi aroma tersebut dapat meningkatkan 40 persen aliran darah ke penis. Labu kuning adalah stimulan yang kuat,” jelas Dr Hirsch lebih lanjut. Dr Hirsch menjelaskan, aroma dan bau pada dasarnya bertindak untuk mengurangi kecemasan. Dan dengan mengurangi kecemasan, maka aliran darah ke bagian kelamin pun akan meningkat.
2.2 Aspek Kimia Dan Produksi
a.   Kandungan Senyawa Kimia
Dalam biji labu kuning terkandung sejumlah zat antara lain jenis asam amino yang langka (seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam aminobutirat, etilasparagina, dan sitrulina) dan sejumlah asam amino lain yang diperlukan kelenjar prostat (semisal alanina, glisina, dan asam glutamat). Biji labu kuning juga mengandung unsur mineral Zn (seng) dan Mg  (magnesium) yang sangat penting bagi kesehatan organ reproduksi, termasuk kelenjar prostat. Kandungan lainnya berupa asam lemak utama, yaitu asam linoleat, asam oleat, dan sedikit asam linolenat. Selain itu vitamin E (tokoferol) dan karotenoid, yakni lutein dan beta-karoten juga ada di dalam daging bijinya. Hormon beta-sitosterol itulah yang menyimpan khasiat menghambat atau menekan kerja enzim 5-alfa-reduktase. Enzim ini akan mengurangi terbentuknya hormon dihidrotestosteron dari hormon testosteron. Dengan begitu, membesarnya kelenjar prostat dapat dicegah. Selain itu, zat gizi dalam labu, diantaranya :
1.      Vitamin A dan beta karoten. Beta karoten adalah pigmen warna kuning-oranye yang jika dicerna di dalam tubuh kita, akan berubah menjadi vitamin A. fungsi vitamin A dan beta karoten antara lain berguna bagai kesehatan mata dan kulit, kekebalan tubuh serta reproduksi. Selain itu, zat gizi ini mempunyai manfaat sebagai antioksidan sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung.
2.      Vitamin C. Salah satu jenis vitamin yang larut dalam air ini, sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh. Vitamin C juga berperan pada fungsi kekebalan tubuh dan sebagai antioksidan.
3.      Zat besi. Zat gizi ini terutam diperlukan dalam pembentukan darah, khususnya hemoglobin (Hb). Makanan yang mengandung zat besi perlu, karena belak zat besi dari ibu saat bayi dilahirkan akan berangsur-angsur habis.
4.      Kalium. Fungsi utama kalium adalah menunjang kelancaran metabolisme tubuh. Hal ini penting dalam menjaga keseimbangan air dfan elektrolit (asam-basa) di dalam sel tubuh.
Kelebihan lain dari labu kuning adalah kandungan seratnya yang tinggi, bermanfaat mengurangi resiko sembelit. Di samping itu, kandungan lemak labu kuning juga rendah, sehingga tak perlu takut balita mengalami kegemukan asal dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
b.    Produk Yang Di Jual Dipasarankan
Buah labu dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desert. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos). Olahan tradisional yang paling dikenal dari labu kuning ialah kolak.
Buah yang sudah tua digunakan sebagai campuran dalam membuat bubur Manado dan sayur bayam ala Sulawesi Selatan. Labu kuning setelah dikukus dapat dibuat aneka makanan tradisional, seperti dawet, lepet, jenang, dodol, dan lain-lain.
Sesuai namanya, labu kuning mempunyai warna kuning atau jingga akibat kandungan karotenoidnya yang sangat tinggi. Itulah sebabnya air perasan labu kuning sering digunakan sebagai pewarna alami dalam pengolahan berbagai makanan tradisional.
Tepung labu juga sering dicampurkan ke dalam berbagai produk olahan untuk mendapatkan warna kuning. Karotenoid dalam buah labu sebagian besar berbentuk betakaroten.
c.   Standard Kualitas Simplisia Dan Ekstrak
Para ahli di Chosun University mengatakan sejumlah penyakit yang disebabkan mikroba cenderung menjadi resisten terhadap antibiotik yang ada saat ini. Sementara Kyung-Soo Hahm, Yoonkyung Park membuat ekstrak protein dari kulit labu.
Jenis protein kulit labu diujicobakan dengan beragam jenis mikroba termasuk Candida albicans, sejenis jamur penyebab infeksi jamur vagina, ruam popok pada bayi dan penyakit lainnya. Hasil penelitian dalam kultur sel menunjukkan, salah satu jenis protein memiliki pengaruh yang kuat dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, tanpa menimbulkan efek racun.
Dari riset yang dipublikasikan The Journal of Agricultural and Food Chemistry ini para peneliti menyimpulkan bahwa protein dalam kulit labu dapat dikembangkan menjadi obat alami untuk mengatasi infeksi jamur pada manusia, selain juga dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis jamur yang menyerang tanaman. Bahkan dalam Alqur’an juga disebutkan, betapa Allah Ta’ala mengembalikan stamina Nabi Yunus yang baru keluar dari perut ikan, dengan menumbuhkan pohon labu. Allah berfirman, “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi, lalu ia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian.
Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya ia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan ia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu.” (Ash-Shoffat [37] : 139-147)
Hikmah dari kisah Nabi Yunus ini, membuat para ahli melakukan penelitian. Hasil-hasil riset pun menunjukkan, bahwa tumbuhan dari famili labu-labuan sangat efektif membunuh bakteri. Sementara tingkat efektivitasnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan jenis tumbuhan, bagian yang digunakan, jenis bakteri, dan ekstrak.
Khasiat labu lainnya yang sudah dikenal adalah mengobati luka bakar, memar, dan keseleo. Selain itu, juga ampuh untuk menghilangkan demam ketika suhu badan tinggi.
Sementara Dr. Kamal Fadhl Kholifah mengatakan, sesungguhnya labu merupakan tumbuhan bergizi tinggi, mudah dicerna, tidak memberatkan lambung dan usus, sangat bermanfaat bagi pengidap penyakit jantung, orang tua, dan siapa saja yang berada dalam masa-masa pemulihan kesembuhan secara umum. Senyawa marker dari labu kuning adalah beta karoten yang berfungsi sebagai antioksidan disamping mengandung komponen nutrisi lain seperti karbohidrat, protein, lemak, serat dan mineral.
d.    Aspek Budidaya
Labu Kuning (Cucurbita moschata D.) merupakan komoditas pertanian yang cocok dikembangakn sebagai alternatif pangan. Buah ini memiliki kandungan gizi yang cukup dan bermanfaat untuk kesehatan.
Labu Kuning atau waluh identik dengan buah di bulan puasa. Maklum, selama Ramadhan buah ini dicari untuk bahan dasar kolak. Bukan hanya kolak, Labu Kuning juga bisa untuk aneka bahan makanan, mulai dari nasi tim bayi, aneka kue (dawet, lepet, jenang, dodol) hingga tepung labu. Bahkan, DPN HKTI tengah mengembangkan komoditas ini untuk bahan baku mie yang kemudian dikenal dengan nama Mie Tani.
Sebagai bahan pangan, Labu Kuning ini kaya vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat. Buah ini juga mengandung zat yang berguna bagi kesehatan, antara lain zat karotenoid yang berbentuk betakaroten. Karena itu labu ini dijuluki “raja betakaroten,” yang berfungsi melindungi mata dari serangan katarak. Juga serangan kanker, jantung, diabetes, disentri, ginjal, demam, dan diare. Serta mengandung penawar racun dan cacing pita.
Labu kuning termasuk jenis tanaman menjalar sehingga untuk budidayanya butuh penyangga, seperti teralis atau para-para setinggi 2-3 meter.
Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis, dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi hangat dengan temperatur 18-27 derajat. Batangnya merambat mencapai 5 – 10 meter, cukup kuat, berbulu agak tajam, dan bercabang banyak.
Labu Kuning berkembang biak secara generatif, dan bisa juga secara vegetatif. Jarak tanamnya 1-1,5 m antar baris, dan 60-120 cm antar tanaman dengan baris. Penanaman dapat dilakukan di tanah tegalan, pekarangan, maupun di sawah setelah panen padi, baik monokultur maupun tumpangsari. Untuk menjaga kesuburan, dosis pupuk yang direkomendasikan 100 kg/ha N, 40 kh/ha P dan 80 kg/ha K.
Panen pertama dilakukan pada umur 50-60 hari setelah tanam, dan untuk berikutnya dilakukan dengan interval 2-3 kali setiap minggu. Untuk kebutuhan benih dilakukan dengan cara memanen pada saat buah mulai menguning dan tangkai buahnya mengering. Pembuatan benih dilakukan dengan cara memotong melintang, kemudian bijinya dicuci bersih. Setelah itu biji dikeringkan di bawah sinar matahari selama 3 hari hingga kadar airnya mencapai 8-10%.
Kulit buah Labu Kuning sangat tebal dan keras, dan bertahan selama 6 bulan, terutama bila tangkai dibuat tetap utuh. Kulit buahnya bisa digunakan untuk menyeragamkan pemasakan buah, karena mengandung sumber etilen (hormon tanaman yang dapat mengatur pertumbuhan, perkembangan dan kemasakan). Bobot buahnya rata-rata 3-5 kg. Meskipun memiliki manfaat yang cukup banyak, sayangnya di Indonesia labu kuning belum dibudidayakan secara khusus.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1.      Labu kuning memiliki beberapa fungsi untuk kesehatan tubuh, karena memiliki Vitamin dan mineral.
2.      Fungsi labu kuning, daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung antioksidan sebagai penangkal kanker.
3.      Rasa buah labu agak pahit, sedikit pedas dan sejuk. Berkhasiat melancarkan darah, vital energi, dan menghilangkan sumbatan, kolagogum, peluruh haid, anti radang, peluruh kentut, antibakteri, pengelat (astringent).
4.      Dalam biji labu kuning terkandung sejumlah zat antara lain jenis asam amino yang langka (seperti m-karboksifenilalanina, pirazoalanina, asam aminobutirat, etilasparagina, dan sitrulina) dan sejumlah asam amino lain yang diperlukan kelenjar prostat (semisal alanina, glisina, dan asam glutamat).
5.      Buah labu dapat digunakan sebagai sayur, sup, atau desert. Masyarakat umumnya memanfaatkan labu yang masih muda sebagai sayuran (lodeh, asem-asem, brongkos). Olahan tradisional yang paling dikenal dari labu kuning ialah kolak.
6.      Tanaman ini tumbuh baik di daerah tropis, dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m dpl.
3.2 Saran
Dalam budidaya labu kuning tentunya harus melakukan penanganan-penanganan yang khusus. Hal ini untuk mendapatkan hasil yang berkualitas dan berkuantitas. Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diperlukan oleh penyusun demi sempurnanya makalah tentang tanaman labu kuning. Semoga makalah tentang tanaman labu kuning ini dapat bermanfaat untuk umum.
Daftar Pustaka
1.      Anonim, Tetumbuhan, Tira Pustaka, Jakarta
2.      Anomim, 1995, Materia Medika Indonesia VI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
3.      Anonim, 1997, Ensiklopedia Nasional Indonesia, P.T. Delta Pamungkas
4.      Byrd Graft, Alfred, 1992, Tropica, Roehrs Company, East Rutherford
5.      Campbell, N. A., 2000, Biologi, Edisi Kelima, Jilid I, 196, Erlangga, Jakarta
6.      Heyne, K., 1987, Tumbuhan berguna Indonesia III, Badan Litbang Departemen Kehutanan Indonesia, Jakarta
http://www.depkes.go.id/index.phpoption=articles&task=viewarticle&artid=278&Itemid=3

No comments:

Post a Comment